Idrus Marham Tak Mau Ambil Pusing Kubu Airlangga Ingin Menang Aklamasi Dalam Munaslub Golkar
"Jadi gini, di dalam dunia politik praktis itu ya usaha kan boleh-boleh aja, semua usaha, semua itu punya hak," kata Idrus
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham, menilai sah jika ada upaya kubu Airlangga Hartarto ingin agar jagoannya terpilih secara aklamasi dalam musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Partai Golkar.
"Jadi gini, di dalam dunia politik praktis itu ya usaha kan boleh-boleh aja, semua usaha, semua itu punya hak," kata Idrus di Ruang Rapat Fraksi Partai Golkar, Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Baca: Cegah Aksi Teroris Saat Pelaksanaan Asian Games, Polri Belajar Dari Korea Selatan
Dirinya juga tak mau ambil pusing soal munculnya nama kader-kader Partai Golkar sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar.
Sejauh ini nama-nama yang muncul selain Airlangga dan Idrus, yakni politikus Partai Golkar Aziz Syamsudin.
Menurutnya, sebuah upaya untuk bisa menjadi seorang pemimpin adalah hal yang lumrah dalam dunia politik praktis.
Baca: Titiek Soeharto Yakin Munaslub Golkar Untuk Ganti Setya Novanto Segera Berlangsung
"Kami punya keyakinan dinamika itu bisa diselesaikan dengan satu. Kenapa, karena kekuatannya ada pada sistem. Jadi kalo ada upaya kan boleh, masa upaya nggak boleh. Jadi jangan pernah ada tersandera dalam partai, itu aja ya, biar clear semua," kata Idrus.
Meski menyatakan siap menjadi calon ketua umum, Idrus mengisyaratkan tidak terlalu berambisi.
Dirinya mengaku duduk diposisi manapun yang penting adalah pengabdian kepada partai yang telah membesarkannya.
Baca: Keterangan Dari Penyidik Bareskrim Akan Digunakan MKD Untuk Putus Kasus Viktor Laiskodat
"Jadi saya sekali lagi saya katakan, kalau saya ditanya berpolitik ini adalah panggilan pengabdian. Posisinya di mana saja yang penting kita mengabdi," kata Idrus.
Bahkan Idrus menekankan jangan pernah persyaratkan pengabdian itu, jika sudah menjadi Ketua Umum.
"Dia baru mau mengabdi kalau ketua umum, dia baru mau mengabdi kalau sekjen, dia baru mau aktif kalau misalkan di fraksi, kalau dia jadi anggota tidak. Itu bukan sejatinya pejuang," katanya.
Menurut dia, pejuang-pejuang politik yang berdasarkan pada ideologi partai, harus siap ditempatkan di posisi mana saja.
"Persoalan jabatan itu persoalan takdir kan," katanya.
Sebelumnya isu musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) mencuat belakangan ini dilatarbelakangi oleh kasus hukum yang menjerat Ketus Umum Partai Golkar Setya Novanto.
Novanto pun kini telah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (E-KTP).