Mahkamah Agung Bentuk Tim Mistery Shopper Intai Hakim dan Pegawai Korup
"Ada sepuluh orang yang sudah dididik sendiri KPK. Saya pun belum ada satupun yang tahu. Saya pun tidak mau menghendaki tahu,"
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahkamah Agung menyebut pengawasan terselubung (mistery shopper) yang dilakukan pihaknya cukup berhasil dalam mengawasi hakim dan pegawai di lingkungan Mahkamah Agung.
Mistery Shopper adalah sistem pengawasan terselubung yang menerjunkan orang-orang terlatih secara khusus untuk melakukan penyamaran ke pengadilan-pengadilan.
Baca: PKB Desak Ridwan Kamil Segera Tetapkan Calon Wakil Gubernur Sebelum PDIP Umumkan Calon
"Orang-orang tersebut diharapkan dapat menyusup dan menangkap tangan para pejabat dan aparatur peradilan yang melakukan pungli dan jua beli perkara," kata Ketua MA Hatta Ali saat acara 'Refleksi Akhir Tahun' di kantornya, Jakarta, Kamis (28/12/2017).
Walau tidak mengungkapkan data secara rinci mengenai keberhasilan sistem tersebut, Hatta mengklaim temuan-temuan para penyamar tersebut sangat membantu pimpinan untuk masuk ke dalam persoalan inti.
Baca: Pertarungan Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil, dan Deddy Mizwar Mendapat Tiket Pilkada Jawa Barat
Hatta mengungkapan dirinya telah beberapa kali menggerakkan mistery shopper untuk menyelidiki aduan-aduan masyarakat terkait kasus tertentu atau pelayanan di salah satu instansi di bawah Mahkamah Agung.
"Kalau ada pengaduan-pengaduan dapat pengaduan dari masyarakat dan saya ragu saya kirim supaya mistery shopper jalan untuk melakukan pengamatan dan laporan di satu daerah. Nah ini ternyata sangat efektif melaporkan lalu nantinya ditindaklanjuti oleh Badan Pengawasan," beber Hatta.
Hatta mengatakan keanggotan sangat rahasia.
Baca: Fadli Zon: Politik Identitas Menguat Karena Negara Abai Terhadap Keadilan Sosial
Mereka bukanlah anggota Badan Pengawasan dan tidak menampakkan dirinya dalam acara-acara di Mahkamah Agung.
Saking rahasianya, Hatta Ali bahkan mengaku tidak tahu dan tidak pernah bertemu dengan para tukang nyaru tersebut.
"Ada sepuluh orang yang sudah dididik sendiri KPK. Saya pun belum ada satupun yang tahu. Saya pun tidak mau menghendaki tahu," kata dia.