Penerbit Minta Maaf, Buku 'Balita Langsung Lancar Membaca' Diduga Mengandung Unsur LGBT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusut peredaran buku "Balita Langsung Lancar Membaca” yang diduga mengandung unsur LGBT.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusut peredaran buku "Balita Langsung Lancar Membaca” yang diduga mengandung unsur lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Berdasarkan temuan KPAI, terjadi kesalahan isi buku sehingga tidak layak diterbitkan.
Temuan didapat setelah KPAI bertemu penerbit Pustaka Widyatama, Jumat (29/12/2017). Saat memberi klarifikasi, penerbit bersikap kooperatif.
Di pertemuan itu, penerbit Pustaka Widyata mengakui buku yang dilaporkan ke KPAI adalah buku yang ditulis Intan Noviana dan Purnama Andri Murdapa.
Lalu, buku diterbitkan Pustaka Widyatama pada 2010. Namun buku Intan yang diterbitkan Pustaka Widyatama hanya satu yang membuat heboh karena diduga mengandung unsur LGBT.
Baca: Menanti Sikap Jusuf Kalla Andai Jokowi Maju Pilpres 2019
"Penerbit menyampaikan permintaan maaf dan mengaku terjadi kesalahan konten atau isi buku yang tidak layak diterbitkan. Ini murni kesalahan pihak editor penerbit yang lalai mengkoreksi detail isi buku halaman demi halaman," tutur Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, dalam keterangannya, Minggu (31/12/2017).
Atas kesalahan itu, penerbit Pustaka Widyatama sudah melakukan penarikan buku sejak menerima komplain dari pembaca pada 2011-2012.
Semenjak penarikan buku itu, maka Pustaka Widyatama sudah tidak memproduksi dan mengedarkan buku.
Sementara itu, Intan Noviana dan Purnama Andri Murdapa, selaku penulis tidak lagi menjadi penulis di Pustaka Widyatama.
Dalam pertemuan itu, penerbit menyatakan kepada KPAI halaman buku yang diunggah ke media sosial pada Desember 2017 dipastikan buku lama yang sudah ditarik di pasaran.
Baca: Jokowi Naik Andong di Malioboro, Sang Kusir Ketiban Rezeki Rp 500 Ribu
Namun karena buku telanjur dibeli orangtua maka penerbit sulit menarik, kecuali orangtua mengembalikan buku yang dibeli ke penerbit untuk dihancurkan.