Cerita Pengungsi Afghanistan: Sampai di Indonesia Tapi Harus Tertipu Ribuan Dolar AS
Janji mendapat hidup lebih baik dan lebih aman dari sekelompok orang yang membawanya justru membuatnya kehilangan ribuan Dolar Amerika Serikat.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak terbayangkan sebelumnya oleh Saprol (nama samaran), dia bersama puluhan pengungsi asal Afghanistan akan tinggal di trotoar depan Rumah Detensi Kantor Imigrasi Jakarta Barat, Jalan Peta Selatan, Kalideres, Jakbar.
Janji mendapat hidup lebih baik dan lebih aman dari sekelompok orang yang membawanya justru membuatnya kehilangan ribuan Dolar Amerika Serikat.
Saat ditemui Tribun pada Sabtu (20/1/2018) sore, ia tampak hanya duduk beralas lembaran kardus dan beratap terpal.
Ia menceritakan, dirinya saat ini berumur 18 tahun. Ia menjadi anak yatim saat berusia sembilan tahun karena sang ayahnya meninggal akibat konflik di Afghanistan.
Hingga saat ini, situasi keamanan negara asalnya masih tidak menentu.
Baca: Puluhan Pengungsi Afghanistan dan Sudan Jadi Gelandangan di Jakarta, Padati Trotoar dan Musala
Pada sekitar pertengahan Desember tahun lalu, ibundanya memintanya untuk meninggalkan Afghanistan dengan cara apapun.
Setelah bertanya-tanya kepada sejumlah temannya, akhirnya ia mengenal orang yang yang mengaku bisa membawanya dari Afghanistan.
Orang tersebut dan kelompoknya mengiming-iminginya akan mendapat hidup aman di sebuah negara Islam dengan syarat memberikan sejumlah uang.
Namun, orang tersebut tidak mau menyebutkan negara tujuan yang dimaksud.
Selain jaminan aman, penyelundup tersebut mengiming-imingi bahwa di negara tujuan Saprol bisa melanjutkan pendidikannya seperti di negara Afghanistan.
Penyelundup tersebut meminta uang kepada Saprol sebanyak 500 Dolar AS dan 1.000 Dollar kepada ibunya sebagai syarat pemberangkatan.
Baca: Ada Luka Sayatan Lebar di Leher Mayat yang Ditemukan di Perumahan Bukit Cendana
"Ibu saya saat itu berkata. Pergilah kau, bagaimana caranya asal jangan tinggal di Afghanistan," ujar Saprol kepada Tribun seraya mengaku hanya mengantongi 300 Dolar AS sesampainya di Indonesia.