Program Edukasi 'SANTUN' Sukses Tingkatkan Produksi Bawang Merah Sepanjang 2017
Dalam jangka panjang, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Lima topik menjadi tema edukasi yang dihadirkan pada setiap program, di antaranya Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu; Alat Pelindung Diri, Anti Pemalsuan Produk; Manajemen Resistensi; Perawatan Alat Semprot, Label; dan Lima Aturan Utama Penggunaan Pestisida.
"Acara ini sangat positif dan perlu diadakan juga di tingkat kelompok tani. Materi penggunaan pestisida dan resistensi merupakan materi paling penting dikarenakan penggunaan pestisida di sini sudah melebihi ambang batas sehingga sangat merugikan petani. Pengetahuan PPL yang masih terbatas, sehingga pelatihan yang didampingi oleh ahlinya juga perlu dilakukan di tingkat kelompok tani," kata Muhamad Hasbih, PPL Desa Nagabaru, Wanasaba, Lombok Timur.
SANTUN turut dihadiri perwakilan pemerintah daerah, seperti Wakil Bupati Kabupaten BIMA Drs. H. Dahlan M. Noer, serta para stakeholder antara lain Kementerian Pertanian (Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida, Direktorat Hortikultura), Kepala Dinas Pertanian, Kabid Hortikultura di tingkat kabupaten, dan Kabid Hortikultura di tingkat kecamatan. Hadir PPL, juga melibatkan tenaga POPT, petani kunci, kelompok tani, petani perempuan, Assosiasi Bawang Merah Indonesia, dan para pemangku kepentingan.
Tak ketinggalan, perwakilan seluruh perusahaan di bawah naungan CropLIfe Indonesia yang memiliki komitmen sama dalam memajukan sektor pertanian di Indonesia, antara lain BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm, dan Syngenta.
Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan mengatakan bahwa kampanye pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah bentuk kepedulian CropLife terhadap petani bawang di Indonesia. Pihaknya sebagai asosiasi dari delapan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pestisida dan benih di Indonesia bertanggung jawab untuk memberikan edukasi tentang penggunaan pestisida yang tepat guna sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman (stewardship).
"Kampanye ini sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para petani dan toko tani akan bahayanya produk pestisida palsu,” katanya.
Agung menambahkan, edukasi tentang pengendalian hama dan penyakit terpadu perlu menjadi prioritas bagi semua pengusaha bisnis pestisida karena bisnis pertanian tidak hanya pada keuntungan semata.
"Bisnis pertanian tetap harus memperhatikan kelestarian ekosistem, faktor kesehatan, dan kesinambungan bisnis dengan para petani,” tandasnya.
Program ini bertujuan agar petani lebih teredukasi dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, terutama dalam penggunaan produk perlindungan tanaman yang aman dan berkelanjutan.
Dalam jangka panjang, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani-petani di Indonesia.
Karenanya, SANTUN melibatkan berbagai elemen mengingat banyaknya pihak yang merasa bertanggung jawab untuk memajukan pengetahuan petani bawang merah Indonesia.
“Kerja sama PRISMA dengan Croplife Indonesia dan Dinas Pertanian Bima merupakan contoh nyata kerjasama antara sektor swasta dengan pihak pemerintah yang bertujuan untuk memajukan pertanian bawang merah,” kata Manajer Portofolio Prisma, Prajwal Shahi.
"Kami harapkan juga kegiatan ini dapat pula dikembangkan ke daerah-daerah lain khususnya di wilayah sentra bawang merah di Indonesia," ujarnya.
Penggunaan sosial media dan aplikasi android juga merupakan terobosan baru yang untuk pertama kalinya diterapkan oleh program SANTUN ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.