Fredrich Yunadi: Kami Dianggap Bangkai, Dibiarkan Mati
Fredrich Yunadi mengajukan permohonan izin berobat kepada majelis hakim pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fredrich Yunadi mengajukan permohonan izin berobat kepada majelis hakim pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Advokat yang kini berstatus terdakwa itu meminta diizinkan berobat ke dokter yang berpraktek pada tengah malam.
"Mohon izin, dokternya praktek jam 09.00 malam sampai jam 02.00 pagi. Jadi bagaimana selanjutnya pemeriksaan, karena belakangan ini tensi saya drastis tahu-tahu 100 tahu-tahu 90, bawahnya 50," ujar Fredrich kepada majelis hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Menurut Fredrich, dia ditangkap oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) pada saat sedang berobat di Rumah Sakit Medistra.
Baca: Fredrich Yunadi Sudah Darah Tinggi Sejak SMA
Saat itu, dokter menyarankan agar 10 hari kemudian dia kembali ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
Namun, menurut Fredrich, surat izin berobat yang disampaikan kuasa hukumnya tidak ditindaklanjuti oleh penyidik KPK.
Padahal, saat itu dia sangat memerlukan perawatan.
"Saya sudah dipasang 15 ring, sudah kronis dengan tekanan tensi naik turun, ini fatal. Tapi surat kami dilecehkan Pak, tidak ditanggapi. Kami dianggap bangkai dibiarkan mati," kata Fredrich.
Baca: Sosok Fredrich Yunadi di Mata Keluarga
Ketua majelis hakim Syaifuddin Zuhri mengizinkan Fredrich untuk berobat.
Namun, mengenai teknis waktu dan tempat berobat, Fredrich diminta berkoordinasi dengan KPK, termasuk meminta rekomendasi dokter Rutan KPK.
Jaksa KPK Kresno Anto Wibowo meminta majelis hakim menjelaskan secara detail waktu berobat di dalam ketetapan hakim.
Hal itu diperlukan karena Fredrich meminta izin berobat pada malam hari.
Penulis: Abba Gabrillin
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Fredrich Yunadi Minta Izin Berobat, tetapi Waktunya Tengah Malam