Komentari Cuitan @BareskrimPolri, Fahri Hamzah: Tidak Bijak Anda Memakai Istilah Muslim Cyber Army
Ada yang masih tak percaya bahwa Muslim Cyber Army (MCA) adalah penyebar hoax.
Penulis: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Ditangkapnya sejumlah anggota Muslim Cyber Army (MCA) oleh pihak kepolisian baru-baru ini menjadi sorotan publik.
Kelompok tersebut dianggap sebagai jaringan penyebar berita bohong atau hoax di media sosial.
Akun Twitter @BareskrimPolri turut mengupdate perkembangan pengungkapan kasus ini.
Dalam postingannya 28 Februari kemarin, akun tersebut membeberkan bahwa Tim Siber Bareskrim telah melakukan investigasi selama enam bulan.
Saat ini ada 6 pelaku yang telah diamankan oleh Bareskrim Polri, mereka ditangkap di sejumlah lokasi yang berbeda.
Terbongkarnya kasus ini pun memunculkan beragam reaksi publik.
Ada yang masih tak percaya bahwa Muslim Cyber Army (MCA) adalah penyebar hoax.
Banyak pula yang mengapresiasi keberhasilan anggota kepolisian mengungkap keberadaan jaringan tersebut.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, mengemukaan pendapatnya sendiri melalui akun Twitternya, @Fahrihamzah.
Ia mengaku keberatan dengan pemakaian nama Muslim Cyber Army seperti yang dibeberkan pihak kepolisian.
"Tidak bijak anda memakai istilah Muslim Cyber Army...sebab nama Muslim yg menempel pada orang2 di dunia maya ini umum sifatnya...usul saya: proses aja pidananya sesuai hukum...tapi menyeret nama islam seperti dalam kasus #WarOnTerror USA itu bikin dunia hancur...," tulisnya.
Komentar itu ia tulis untuk menjawab postingan akun Twitter @BareskrimPolri saat mengabarkan penangkapan pelaku terkini.
Tak hanya itu, ia juga merasa polisi tidak sensitif melihat dinamika masyarakat, terutama dinamika di media sosial.
Terkait keberatan Fahri Hamzah soal pemakaian nama Muslim Cyber Army, banyak warganet yang mencoba meluruskan.
@RustamIbrahim Yg memakai nama Islam itu MCA (MUSLIM Cyber Army) sendiri Muslim artinya orang menyatakan dirinya penganut agama Islam. Polisi tentu harus menyebut nama MCA, karena orang2 yg mereka tangkap itu menyebut diri mereka sendiri sebagai The Family MCA atau Keluarga Tentara Siber Islam
@saifula93783059 betul pak rustam. itu kan mreka yg menamainya. bukan kepolisian.
@sahaL_AS Bahwa ada muslim yg pake label Islam utk sebar hoax dan kebencian itu fakta. Kalo klean betul2 mau bela Islam, akui itu sbg penyakit umat, lalu berantas. Jgn justru ngeles, mungkir, denial, nyalahin pemerintah... Jgn mau dibohongin oleh politisi busuk pake Islam!!
@hcahyono mereka sendiri yang dengan bangga menamakan diri MCA
masak polisi sebut nya OCA - Orang cyber Army ?
Admin MCA Mengaku Salah dan Menyesal
Melansir Kompas.com, satu anggota kelompok inti Muslim Cyber Army, Muhammad Luth, mengakui bahwa menyebarkan isu-isu provokatif sebagaimana dilakukan kelompoknya selama ini merupakan kesalahan.
Admin grup WhatsApp "The Family MCA" itu juga menyesali perbuatannya.
"Saya mengakui telah menyesal. Dan tadi juga sepakat teman-teman di atas mengakui juga kepada saya, menyesal mereka semua," ujar Luth di Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Luth mengatakan, para anggota MCA yang ditangkap juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
Menurut Luth, ia tak menyadari bahwa konten yang selama ini disebarkan MCA masuk kategori hoaks.
"Karena beda mungkin pandangan sebagai jurnalis, kami dibilang hoaks atau bohong, karena kami tersangka," kata Luth.
Kemudian, kata Luth, ada anggota kepolisian yang memberikan pengertian kepada pelaku bahwa konten yang disebarkan MCA tidak benar. "Merekalah yang menyadarkan kami semua di sini," ujar dia.
Ketua PBNU Minta Polisi Tangkap Aktor yang Mendanai MCA
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj meminta aparat kepolisian tidak hanya menangkap anggota jaringan penyebar hoax atau kabar bohong saja, namun juga tokoh yang mendalanginya.
"Jangan hanya yang kroco saja, coba polisi kita minta (usut) siapa itu di belakangnya (MCA)," ujar Said Aqil saat ditemui di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu malam (28/2/2018).
Said Aqil secara tegas meminta agar polisi segera mengusut siapa aktor intelektual yang menyediakan dana untuk jaringan tersebut.
"(Siapa) aktor intelektualnya yang mendanai," tegas Said Aqil. (*)