Jika Bukan Prabowo, Kader Gerindra Bisa Jadi Tak Solid dan Itu Berdampak Buruk Bagi Partai
Namun demikian, Sebastian Salang memberikan catatan, berdasarkan hasil berbagai survei
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maju atau tidak Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden (Capres) di Pilpres 2019 merupakan hak dan pilihan bebas Prabowo baik sebagai pribadi maupun Gerindra.
Karena itu menurut pengamat politik Sebastian Salang, siapupun yang akan diusung sebagai Capres juga merupakan hak mereka sebagai Partai.
Namun demikian, Sebastian Salang memberikan catatan, berdasarkan hasil berbagai survei, kandidat Caprs kuat yang mampu bersaing dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini hanya Prabowo.
"Belum ada calon lain yang sekuat Prabowo," ujar Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) ini kepada Tribunnews.com, Selasa (10/4/2018).
Memang kata dia, nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga sudah dimunculkan dalam berbagai Survei.
Namun hasilnya masih sangat jauh dibanding Prabowo.
Baca: Dituding Rhoma Irama Lakukan Intervensi, Wiranto Bilang Begini
Karena itu menurut Sebastian Salang, Gerindra pasti berpikir keras untuk tidak memajukan Prabowo.
"Sebab dengan elektabilitas Prabowo yang lebih tinggi dari calon lain, akan sangat sulit bagi Gerindra untuk tidak mencalonkan pendiri partai Gerindra itu," jelas Sebastian Salang.
Kata dia, Gerindra tidak punya alasan rasional yang cukup kuat untuk menjelaskan kenapa bukan Prabowo yang dicalonkan sebagai Capres.
Selain itu juga soal tantangan menjaga soliditas partai, menurut Sebastian Salang, menjadi persoalan penting.
"Jika bukan Prabowo bisa saja kader Gerindra tidak solid dan itu berdampak buruk bagi Partai," dia memberikan catatan.
Perlu disadari, imbuhnya, Prabowo adalah ikon Gerindra. Maka jika tidak dicalonkan sebagai Capres bisa jadi pendukung Prabowo akan lari dari Gerindra.
"Dengan waktu yang sangat pendek dan Pemilu dilaksanakan serentak, agak riskan bagi Gerindra untuk membuat keputusan gembling atau spekulatif. Harganya terlalu mahal bagi Gerindra," tegasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.