Puisi 'Di Kolong Meja' Setya Novanto
Di akhir pembacaan nota pembelaan atau pledoinya, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Setya Novanto meminta izin pada majelis hakim untuk membacakan puisi
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Nurmulia Rekso Purnomo
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Di akhir pembacaan nota pembelaan atau pledoinya, Jumat (13/4/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta, Setya Novanto meminta izin pada majelis hakim untuk membacakan puisi.
"Saya mau baca puisi, mohon diizinkan saya baca puisi yang mulia. Satu menit saja, puisi untuk Pak SN (Setya Novanto) dari Linda Djalil," ucap Setya Novanto.
Berikut isi puisinya:
Di Kolong Meja
di kolong meja ada debu
yang belum tersapu
karena pembantu sering pura pura tak tahu
di kolong meja ada biangnya debu
yang memang sengaja tak disapu
bersembunyi berlama-lama
karena takut dakwaan seru
melintas membebani bahu
di kolong meja tersimpan cerita
seorang anak manusia menggapai hidup
gigih dari hari ke hari
meraih ilmu dalam keterbatasan
untuk cita-cita kelak yang bukan semu
tanpa lelah dan malu
bersama debu menghirup udara kelabu
di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia
yang semula bersahaja
akhirnya bisa diikuti siapa saja
karena cerdas caranya bekerja
di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa cela
ada pula yang terjal bergelombang
siap menganga
menghadang segala cita-cita..
apabila ada kesalahan membahana
kolong meja siap membelah
menerkam tanpa bertanya
bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yg sepatutnya jadi sasaran
di kolong meja
ada pecundang
yang bersembunyi
sembari cuci tangan
cuci kaki
cuci muka..
cuci warisan kesalahan
apakah mereka akan senantiasa di sana..
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.