Kader PKS Pertanyakan Sikap Sohibul Iman yang Dianggap Dahului Keputusan Majelis Syuro
Menurut Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq, hal itu lantaran sebelumnya Presiden PKS tersebut selalu menyebut 9 nama.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman menyebut nama Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher) dipilih sebagai calon pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019 mengundang tanya dari para kader.
Menurut Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq, hal itu lantaran sebelumnya Presiden PKS tersebut selalu menyebut 9 nama.
Baca: Pengedar Sabu Untuk Riza Shahab Berhasil Ditangkap Polisi!
Kesembilan kader PKS yakni Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Mantan Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Kemudian, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al'Jufrie, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf, dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.
"Kenapa hari ini fokus menyebut 1 nama?" demikian anggota DPR dari PKS ini mempertanyakan sikap Presiden PKS itu, kepada wartawan, Minggu (15/4/2018).
Jauh sebelum Ketua Umum Partai Gerindra menyatakan siap jadi Capres, dia menjelaskan, para pejabat PKS selalu menegaskan bahwa penentuan capres atau cawapres dari 9 nama itu melalui majelis syuro.
Tapi pernyataan sejumlah pejabat PKS, kata mantan Wasekjen PKS ini, malah mendahului majelis syuro.
Yakni, imbuhnya, sebelumnya Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf menjelaskan, sembilan nama itu adalah cawapres. Bukan lagi capres seperti yang diputuskan sebelumnya.
Kemudian, Ketua DPP PKS Suhud Alynudin mengatakan dari 9 nama itu sudah dikerucutkan menjadi 3 orang.
Lalu hari ini, tegas dia, Presiden PKS menyebutkan nama Aher, meski dengan imbuhan berdasarkan urutan pertama.
"Ini yang justru memancing pertanyaan dan kegelisahan di bawah. Ada mekanisme yang tidak jelas, lalu pernyataan yang tendensius," ujar Mahfudz Siddiq.
Tapi lanjut dia, setiap ada kader di bawah bertanya, selalu dijawab, "harus percaya dan taat dengan pimpinan."