Di Tengah Peringatan Hari Kartini, Beredar Kabar Cicit RA Kartini Hidup Memprihatinkan
Raden Ajeng Kartini yang lahir di Mayong, Jepara 139 tahun silam, merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Di saat peringatan Hari Kartini pada 21 April selalu berlangsung meriah dan gegap gempita, tetapi hal itu tidak dirasakan para keturunan RA Kartini yang hidup dalam keprihatinan.
Raden Ajeng Kartini yang lahir di Mayong, Jepara 139 tahun silam, merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Putri bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu menikah dengan Bupati Rembang RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903.
Baca: Mesin V8 8.800 CC Monster El Toro Loco Digeber, Pengunjung IIMS 2018 Riuh Bersorak!
Dari pernikahan tersebut, RA Kartini dikaruniai putra semata wayang RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.
RM Soesalit menikah dengan wanita Jawa bernama Siti Loewijah dan dikaruniai seorang putra bernama Boedi Setyo Soesalit.
Cucu tunggal RA Kartini yang menikah dengan Sri Bidjatini dikaruniai lima anak, yakni Kartini, Kartono, Rukmini, Samimum, dan Rachmat.
Sejak Boedi Soesalit meninggal pada usia 57 tahun, kehidupan keluarga lima cicit RA Kartini memprihatinkan.
Ahmad Marzuki, Bupati Jepara mengatakan, setelah Boedi Soesalit meninggal dunia, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya yang merupakan cicit pejuang wanita Indonesia, hidup dalam keprihatinan.
Hanya Kartini sebagai cicit tertua yang kondisi ekonominya lumayan, sedangkan lainnya butuh uluran tangan pemerintah sebagai bentuk perhatian kepada keturunan RA Kartini.
"Hanya yang pertama yang lumayan, sedangkan Kartono mengojek, demikian pula Samimun juga jadi tukang ojek. Sementara Rukmini telah ditinggal suaminya yang bunuh diri akibat terlilit ekonomi, dan Racmat yang menderita autis sudah meninggal," kata Ahmad Marzuki saat memberi sambutan pada Resepsi Peringatan Hari Kartini ke-39 Tahun di Pendapa Kabupaten Jepara, Sabtu (21/4/2018), seperti dilansir jatengprov.go.id.
Ahmad mengatakan, cucu menantu dan cicit RA Kartini tidak ada yang bermukim di Jepara.
Selama ini semua keturunan tokoh wanita Indonesia itu menempati rumah bantuan pemerintah di Parung Bogor.
Kini mereka terpaksa harus meninggalkan rumah bantuan itu, karena ada pihak yang meminta agar mereka meninggalkan rumah tersebut karena cucu tunggal RA Kartini telah tiada.
"Ada oknum yang meminta mereka meninggalkan rumah bantuan pemerintah itu. Cucu menantu dan para cicit RA Kartini dianggap tidak berhak menghuni lagi karena cucu RA Kartini sudah meninggal," katanya.