Mabes Polri: Kapolda Sulteng Minta Operasi Tinombala Diperpanjang
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan perpanjangan dilakukan atas permintaan dari Kapolda Sulteng yang baru dilantik.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri mengungkap adanya perpanjangan masa Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan perpanjangan dilakukan atas permintaan dari Kapolda Sulteng yang baru dilantik, yakni Brigjen Pol Ermi Widyatno.
Baca: Sakit Diabetes Kambuh, Zumi Zola Sulit Melihat
"Ini permintaan Kapolda selaku kasatwil [kepala satuan wilayah]. Permintaan dari wilayah setempat," ujar Setyo, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (26/4/2018).
Alasan perpanjangan ini, kata dia, tak lain karena ada beberapa anggota kelompok teroris Santoso yang belum tertangkap.
Ia pun memastikan Mabes Polri akan memberikan bantuan, meski operasi ini dikendalikan oleh daerah.
Jenderal bintang dua ini mengaku mendukung hal ini demi mencegah kelompok ini berkembang.
"Dikendalikan oleh Kapolda (Sulteng) di-backup oleh Mabes. Karena ada beberapa orang lagi yang beum tertangkap," ujarnya.
Lebih lanjut, diduga tersisa sekitar tujuh orang anggota Santoso yang belum tertangkap. "Tujuh orang masih berada di hutan dan belum ketangkap masih dikejar. Kalau nggak salah ada 13 bahkan ada dari Burma masuk waktu itu kan," tandasnya.
Diketahui, Operasi Tinombala sudah berlangsung sejak 2015 untuk mengejar anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MTI) pimpinan Santoso.
Tujuh orang tersebut diduga bersembunyi di hutan Gunung Biru, Taman Jeka, Poso.
Kepala Bidang Hubungan Masyarkat (Kabid Humas) Polda Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hadi Suprapto mengatakan nama tujuh orang anggota kelompok MIT itu adalah Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar, Qatar alias Farel, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, Abu Alim, dan Kholid.