Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyidik KPK Bantah Situasi di RS Medika Permata Hijau Mencekam Seperti di Poso

Apa situasi di RS Medika Permata Hijau ‎saat tanggal 16 November 2017 seperti penggerebekan di Poso?

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Penyidik KPK Bantah Situasi di RS Medika Permata Hijau Mencekam Seperti di Poso
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Terdakwa kasus dugaan merintangi penyidikan korupsi KTP elektronik Fredrich Yunadi menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (29/3/2018). Sidang tersebut beragendakan mendengarkan keterangan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengkonfirmasi pernyataan Fredrich Yunadi soal situasi di Rumah Sakit (RS) Medika Permata Hijau.

Dimana dalam persidangan sebelumnya, Fredrich Yunadi sempat menyatakan situasi di RS tersebut saat Setya Novanto dirawat sangat mencekam seperti penggerebekan teroris di poso.

"Apa situasi di RS Medika Permata Hijau ‎saat tanggal 16 November 2017 seperti penggerebekan di Poso? ," tanya jaksa pada saksi Riska, penyidik KPK yang menjadi saksi di sidang Fredrich Yunadi, Senin (7/5/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Lanjut saksi Riska menjawab dirinya belum pernah bertugas di Poso. Dia hanya mengetahui situasi penggerebekan dan penangkapan teroris di Poso dari pemberitaan media.

Mendengar jawaban Riska, kubu kuasa hukum Fredrich Yunadi mengajukan ‎keberatan karena jaksa menanyakan situasi dimana saksi tidak pernah berada di sana.

Akhirnya jaksa KPK mengganti pertanyaan, " Apakah ‎pada tanggal 16 November 2017 situasi di Rumah Sakit mencekam? ,"

"Tidak, tidak mencekam," jawab Riska.

Berita Rekomendasi

‎Untuk diketahui, dalam persidangan Jumat (4/5/2018) pengacara ‎Fredrich Yunadi sempat curhat pada majelis hakim soal situasi dan kondisi di Rumah Sakit Medika Permata Hijau saat mantan kliennya menjalani perawatan disana.

Hal yang disoroti Fredrich Yunadi yakni segerombolan Polisi bersenjata lengkap yang turut dikerahkan saat penyidik KPK hendak mengecek kondisi Setya Novanto yang disebut kecelakaan menabrak tiang listrik.

"Di IGD banyak Polisi, saya kira ada teroris atau ada ISIS. Saya tanya mana surat perintah kamu? Polisi itu jawab dia diperintah KPK. Kan di IGD banyak korban kecelakaan, ini mereka malah disana. Kalau Polisi bawa senjata, bapak lagi kesusahan, gerogi gak liatnya," ungkap Fredrich‎ di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (4/5/2018).

Diketahui dalam pemeriksaan tersebut, Fredrich dalam kapasitas sebagai saksi untuk terdakwa dokter Bimanesh di kasus dugaan merintangi penyidikan e-KTP pada Setya Novanto.

Gerah melihat gerombolan Polisi bersenjata lengkap berjaga di IGD, Fredrich memanggil anggota Polsek setempat, meminta agar anggota di IGD dibubarkan.

"Saya panggil orang Polsek, bisa gak disterilkan? Dia jawab tidak bisa. Ini di depan IGD ada 30 anggota. Lebih seram dari penggerebekan teroris di Poso.‎ Saya tidak terima pak, gila itu pak," tegas Fredrich.

Lanjut Fredrich juga menyampaikan bahwa beberapa Polisi dari kesatuan Brimob ada yang berjaga menggunakan senjata perang.

Penjagaan yang super ketat berimbas pada ajudan istri Setya Novanto maupun kakak Setya Novanto tidak diperbolehkan menjenguk.

Mereka boleh menjenguk dengan terlebih dulu mengajukan surat permohonan ke penyidik KPK yang menangani kasus megakorupsi e-KTP.

"Saat itu saya tidak bisa lawan, KPK kalau geruduk pakai massa," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas