Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Walau Setnov Terseret Kasus Korupsi E-KTP, Elektabilitas Golkar Tetap Tertinggi Kedua, Ini Alasannya

Hasil survei itu menunjukkan elektabilitas partai tetap tinggi walaupun sempat diterpa kasus korupsi E-KTP

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Walau Setnov Terseret Kasus Korupsi E-KTP, Elektabilitas Golkar Tetap Tertinggi Kedua, Ini Alasannya
Rizal Bomantama/Tribunnews.com
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa (kanan) saat merilis hasil survei elektabilitas partai peserta Pemilu 2019 di markas LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (8/5/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei LSI Denny JA yang dirilis Selasa (8/5/2018) menempatkan elektabilitas Partai Golkar berada di posisi nomor dua dengan 15,30 persen di bawah PDI Perjuangan (21,70 persen) dan di atas Partai Gerindra (14,70 persen).

Hasil survei itu menunjukkan elektabilitas partai tetap tinggi walaupun sempat diterpa kasus korupsi E-KTP yang menyeret mantan ketua umumnya yaitu Setya Novanto.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa menegaskan ada faktor yang membuat elektabilitas Golkar tetap kuat meski pernah diguncang kasus korupsi.

“Yaitu karena Golkar mempunyai 4 proram andalan yaitu sembako murah, lapangan kerja tersedia, rumah harga terjangka dan mudah akses, serta teknologi tinggi untuk keadilan dan kesejahteraan. Empat program itu masing-masing dipilih sebanyak 87,5 persen; 84,4 persen; 82,4 persen; dan 76,9 persen.”

“Program-program itu meningkatkan kembali suara Golkar, namun baru dikenal di bawah 15 persen peserta survei yang mencapai 1.200 orang. Jika program-program itu lebih dikenal bisa jadi lebih mendongkrak suara Golkar,” ungkap Ardian Sopa di Rawamangun, Jakarta Timur.

Ardian juga mengatakan sebanyak 84,5 persen pemilih Golkar dalam survei ini tetap akan memilih Golkar walaupun Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi E-KTP; 5,3 persen lainnya menjawab tidak akan pilih Golkar lagi serta 10,2 persen sisanya tak tahu.

“Hal itu wajar karena dari tiga faktor terbesar yang mampu naikkan atau turunkan elektabilitas partai, adanya skandal yang menyeret partai hanya berpengaruh sebesar 51,7 persen. Sementara asosiasi dengan capres kuat yang diusung partai berpengaruh 75,5 persen dan ada atau tidaknya program populer yang dijalankan partai berpengaruh 74,7 persen.”

Berita Rekomendasi

“Selain adanya program-program di atas, kita ketahui Golkar juga mengusung Joko Widodo sebagai capres,” imbuhnya.

Dalam survei elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2019, LSI Denny JA memetakan partai menjadi empat divisi berdasarkan perolehan suara hasil pemilu itu.

“Yang pertama adalah divisi utama di mana ada tiga partai yang memperoleh suara di atas 10 persen dalam survei yang kami lakukan 28 April - 5 Mei 2018 yaitu PDI Perjuangan (21,70 persen), Partai Golkar (15,30 persen), dan Partai Gerindra (14,70 persen).”

“Sementara dua partai menempati divisi menengah yang mendapat suara di bawah 10 persen tapi di atas 4 persen yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (6,20 persen) dan Partai Demokrat (5,80 persen). Secara angka lima partai itu yang akan lolos ke Senayan,” ungkap peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di markas LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur.

Lalu ada lima partai yang mendapatkan suara di bawah empat persen yaitu PAN (2,50 persen); Nasional Demokrat (2,30 persen); Perindo (2,30 persen); PKS (2,20 persen); dan PPP (1,80 persen).

“Dan divisi terbawah yaitu kami namakan divisi nol koma ada enam partai yaitu Hanura (0,70 persen); PBB (0,40 persen); Partai Garuda (0,30 persen); PKPI (0,10 persen); PSI (0,10 persen); dan Partai Berkarya (0,10 persen),” imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas