Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua DPP HTI: Pendukung Kami Makin Banyak

Hal itu dijelaskan oleh Ketua DPP HTI, Rokhmat S Labib yang mengatakan pendukung bertambah lebih banyak dibanding sebelumnya.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ketua DPP HTI: Pendukung Kami Makin Banyak
Wahyu Firmansyah/Tribunnews.com
HTI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Putusan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, tidak selamanya merugikan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Meski merasa dizalimi atas putusan itu, pendukung organisasi tersebut justru semakin banyak.

Hal itu dijelaskan oleh Ketua DPP HTI, Rokhmat S Labib yang mengatakan pendukung bertambah lebih banyak dibanding sebelumnya.

"Justru semakin kami dizalimi, semakin banyak orang yang mendukung kami. Semakin banyak orang yang meminta kami meneruskan perjuangan," kata dia saat ditemui di Markas HTI, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Penyampaian dukungan, lanjutnya, ada yang dibicarakan secara personal maupun secara kelompok. Tidak jarang, mereka sengaja datang ke kantor HTI yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Bukan hanya di Jakarta, dukungan juga berasal dari daerah-daerah di Jawa dan Sumatera.Bagi HTI, dukungan itu penting untuk tetap melawan keputusan hakim.

Pengikut pun, kata dia, semakin setia di dalam perjuangan menyampaikan dakwah Khilafah Islamiyyah yang diyakini kebenarannya. Selama proses hukum di pengadilan berlangsung, HTI juga tetap menjalankan dakwah mereka di masyarakat.

Rokhmat mengatakan bahwa dakwah merupakan sebuah kewajiban yang harus dijalankan seluruh umat Islam.

Berita Rekomendasi

"Dakwah itu hukumnya wajib. Sama halnya seperti salat. Ya selama ini kami tetap berdakwah," ungkapnya.

Kendati demikian, dia harus mengakui masih ada tindakan persekusi yang dilakukan pihak tertentu kepada pengikut HTI saat menjalankan dakwahnya.

"Contoh nyatanya ya dosen ITS Surabaya itu dulu yang dipecat karena ikut HTI. Itu jelas persekusi," tegasnya.

Kuasa hukum HTI, Yusril Ihza Mahendra mengatakan tidak ada pihak yang bisa melarang kegiatan dakwah HTI sejauh ini. Pasalnya, yang dibubarkan oleh pemerintah hanya HTI yang memiliki badan hukum. Bukan kegiatan organisasi dalam menyampaikan dakwah.

"Yang dibubarkan HTI yang berbadan hukum. Tapi, HTI sebagai ormas yang menjalankan dakwah, tidak bubar. Lagi, masih dalam proses pengadilan. Belum ada putusan apa-apa," tukas Yusril.

Menurutnya, PTUN merupakan pengadilan tingkat pertama yang masih dapat mengajukan banding, kasasi hingga peninjauan kembali. Pemerintah, diminta untuk tidak terlalu senang terlebih dahulu, karena bisa saja pemerintah kalah dalam persidangan tahap selanjutnya.

"Saya hanya mau bilang, jangan senang dulu. Itu saja," kata dia.

Pemerintah Ambil Langkah

Deputi III Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Jhoni Ginting mengatakan siap apabila HTI mengajukan banding atas putusan hakim PTUN. Pemerintah akan menyiapkan kontra-memory banding hingga tahap kasasi apabila diperlukan.

"Terus. Kami akan membuat kontra-memory. Begitu juga kalau sampai kasasi," jelasnya di Kementerian Kominfo, Jakarta.

Pemerintah juga telah menyiapkan cara untuk membina anggota HTI agar terhindar dari persekusi di masyarakat. Pembinaan tersebut sudah tertuang dalam Surat Keputusan Bersama tiga menteri tentang pembinaan eks aktivis HTI.

"Untuk mereka kembali dan tidak ada tindakan represif," ucap dia.

Ketua Bidang Kajian Strategis dan Komandan Densus 99 Gerakan Pemuda Ansor, Nurruzaman mengatakan penting bagi pemerintah merangkul pengikut HTI, terutama mereka yang sudah menjadi pengurus organisasi.

Jangan sampai sosok Bahrun Naim kembali lahir karena kecewa atas organisasi tersebut. Kekecewaan karena HTI tidak kunjung mewujudkan khilafah. Lantas dia memilih untuk melancarkan aksi terorisme.

"Jangan lagi ada lonewolf lahir dari kader HTI yang kecewa seperti Bahrun Naim," katanya.

Pemerintah juga diharapkan telah membuat kontra-narasi untuk agar tidak ada lagi yang menerima ide khilafah. Bukan tanpa alasan, banyak dari anggota HTI yang memiliki peran sebagai selebtwit, atau tokoh penting lain.

"Harus ada kontra-narasi agar pengetahuan yang didapat generasi milenial bukan dakwah dari HTI," ujar Nurruzaman.(ryo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas