Mayat Pelaku Bom Bunuh Diri dan Kedua Anaknya Seharian Tergeletak di Tanah, Dievakuasi Malam Hari
Proses evakuasi ini berlangsung lama karena tiga korban itu sudah terkapar di sana mulai pagi tadi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Jenazah tiga teroris pelaku serangan bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl Diponegoro, Surabaya, akhirnya dievakuasi, Minggu (13/5/2018) malam sekitar pukul 19.15 WIB.
Jenazah Puji Kuswati dan 2 anaknya itu, Fadilah Sari (12) dan Pemela Riskika (9), dimasukkan ke dalam kantung mayat yang kemudian dibawa dengan menggunakan ambulans.
Proses evakuasi ini berlangsung lama karena tiga korban itu sudah terkapar di sana mulai pagi tadi.
Belum diperoleh keternagna pasti ke mana jenazah tersebut dibawa. Sementara ambulans melaju ke arah utara.
Baca: Pelaku Bom Bunuh Diri di Surabaya Lilitkan Bom di Pinggang Kedua Anaknya
Seperti diberitakan sebelumnya, Polisi telah mengungkap identitas para pelaku serangan bom di tiga gereja di Surabaya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, pelaku ketiga serangan itu masih satu keluarga.
Mereka adalah keluarga Dita Supriyanto, warga Rungkut Wonorejo, Surabaya.
"Alhamdulilah, dari identifikasi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke tiga gereja," sebut Tito saat mendampingi Presiden RI Joko Wiedodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu(13/5/2018) petang.
Tito menuturkan, Dita menyerang Gereja Pantekosta Jl Arjuna dengan mengendarai mobil bermuatan mobil yang ditabrakkannya ke gereja.
"Ledakan di gereja jalan Arjuno ini yang paling besar," jelas Tito.
Baca: Begini Keseharian Perilaku Keluarga Pelaku Bom Bunuh Diri di Surabaya di Mata Tetangga
Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di GKI Jl Diponegoro. Dia datang ke gereja jalan kaki bersama dua anak perempuannya.
Puji dan dua anak perempuan itu mencoba masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri yang diikatkan di pinggang.
"Ciri sangat khas, korban rusak perutnya saja. Ibu meninggal, tapi juga ada korban masyarakat," terang Tito.
Sedangkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jl Ngagel Madya, bom bunuh diri dilakukan oleh dua anak laki-laki Dita. Mereka adalah Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16).
Keduanya membawa bom dengan cara dipangku. Mereka masuk ke gereja naik motor dan memaksa masuk, kemudian bom meledak dan tewas.
"Soal jenis bom apa, belum jelas. Tapi korban pecah dan ledakan besar," terang Tito.