Ini Alasan Kenapa Perempuan Dan Anak-anak Dijadikan Pelaku Bom, Kata Musdah Mulia
Lebih lanjut, Musdah mengatakan ada tiga indikasi kenapa perempuan dijadikan pelaku aksi bom bunuh diri oleh ISIS.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) Musdah Mulia melalui penelitiannya menemukan adanya gerakan ISIS yang memanfaatkan perempuan dan anak-anak sebagai pelaku aksi bom bunuh diri.
Penelitian itu dibuat Musdah pada tahun 2016 saat terkuaknya Dian Yulia Novita istri Nur Solihin yang dipersiapkan sebagai pengantin yang direncanakan menjadi pembawa bom dan meledakkan dirinya di Istana Merdeka.
"Di dunia internasional, ISIS sejak 4 tahun yang lalu bahkan 5 tahun yang lalu sudah mengubah strategi mereka dan menggunakan perempuan dan anak-anak sebagai aktor," kata Musdah dalam acara peryataan sikap Gerakan Warga Lawan Terorisme di Kantor Wahid Foundation, Jalan Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018).
Lebih lanjut, Musdah mengatakan ada tiga indikasi kenapa perempuan dijadikan pelaku aksi bom bunuh diri oleh ISIS.
Pertama, Musdah menyebut, perempuan cenderung mudah diajak oleh pasangannya dalam berbuat sesuatu.
"Kedua, perempuan itu lebih taat apalagi kalau urusan agama, perempuan itu paling takut sama agama. Dengan mematuhi suami dan orang tua akan masuk surga," kata Musdah.
Lalu, hal yang ketiga yang membuat perempuan dijadikan pelaku bom bunuh diri adalah dugaan lemahnya pengawasan terhadap perempuan dan anak-anak saat dilakukan pemeriksaan.
Dia mengambil contoh bagaimana seorang perempuan yang membawa anak, akan mendapat perlakuan yang sangat minim saat pemeriksaan di Bandara.
"Berbagai tulisan saya tentang teror perempuan mengatakan modus operandi anak-anak itu lolos karena ada rasa kasihan. Karena bawa anak-anak," jelas Musdah.
Diketahui, pada peristiwa bom di Surabaya, pelaku diketahui merupakan pasangan kelaurga.
Peristiwa pertama terjadi di tiga gereja di Surabaya. Diduga pelaku merupakan satu keluarga. Yakni Keluarga Dita Oepriarto diduga menjadi pelaku bom bunuh diri yang terjadi di tiga Gereja di Surabaya.
Dita dan istrinya, Puji Kuswati, mengajak serta keempat buah hati mereka untuk turut dalam peledakan Minggu (13/5) pagi itu.
Lalu, bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur melibatkan kelurga Anton.
Bahkan, pada ledakan itu, istri serta anak Anton turut meninggal.
Serta, kelaurga Tri Murtino ternyata memang sudah dipersiapkan untuk meledakkan bom tersebut di Mapolrestabes Surabaya.
Pria berusia 50 tahun itu lantas mengajak istri dan anak-anaknya meledakkan diri di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) pukul 08.50 WIB.