Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gandeng Tokoh Lintas Agama, Fatayat NU Optimis Kasus Stunting Bisa Dikendalikan

Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini, menyatakan bahwa kasus stunting ini tentu tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Gandeng Tokoh Lintas Agama, Fatayat NU Optimis Kasus Stunting Bisa Dikendalikan
Istimewa
Fatayat NU 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masih tingginya angka stunting di Indonesia membuat Fatayat NU tergerak untuk melakukan strategi lain.

Salah satunya dengan menggandeng tokoh lintas agama dan kepercayaan. Mengingat setiap tokoh agama memiliki peran yang strategis ditengah-tengah pengikutnya masing-masing.

Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini, menyatakan bahwa kasus stunting ini tentu tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri.

Perlu kerja bersama lintas sektoral untuk membangun percepatan penurunan angka stunting.

"Ini diantara beberapa inisiatif gerakan yang bisa kita lakukan. Kami berharap pemerintah yang punya jangkauan luas bisa melakukan lebih banyak hal lagi" terangnya.

Fatayat NU
Fatayat NU (Istimewa)

Data terakhir yang berhasil dihimpun, tercatat sebanyak 37,2% anak Indonesia mengalami stunting. Artinya dari 5 anak ada 3 anak yang mengalami stunting. Sementara itu efeknya adalah anak stunting memiliki produktivitas yang rendah karena kondisi IQ dan kelainan hormonal. Akibatnya, beban negara akan bertambah yang diperkirakan mencapai angka 300 trilyun per tahun dari kasus ini.

"Jadi acara ini digagas untuk mengajak seluruh tokoh lintas agama terlibat aktif menyampaikan dakwah kesehatan pada jamaahnya. Salah satunya ya bicara masalah stunting" ujarnya di sela-sela acara workshop lintas agama cegah stunting di Jakarta pada 30-31 Mei.

Berita Rekomendasi

Dalam acara ini, hadir puluhan tokoh lintas agama dan aliran kepercayaan. Diantara mereka adalah Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pelkesi, PHDI, Aliran Kepercayaan Bahai, Matakin dan beberapa organisasi Islam. 

Mereka bersepakat kasus stunting ini adalah pekerjaan rumah bersama demi menyiapkan masa depan bangsa. Lily, salah satu pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) menyampaikan apresiasinya atas acara workshop ini.

Dia menuturkan sebagai seorang tokoh agama yang menjadi sumber informasi masyarakat harus mampu menjelaskan berbagai isu termasuk stunting.

"Saya berharap para tokoh agama menyampaikan isu ini dalam ajarannya agar tidak ditemukan lagi kasus gizi anak kedepannya" terangnya.

Bentuk keseriusan para tokoh agama ini adalah mereka berhasil menyusun beberapa  rekomendasi. Ada tiga domain utama yaitu advokasi, perubahan perilaku dan monitoring. 

Dalam hal advokasi, tokoh agama harus mampu membangun komunikasi intensif dengan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, pihak swasta, sektor pendidikan, media dan lainnya yang terkait. Tujuannya untuk menjaring kerjasama mengatasi masalah stunting ini.

Kedua, faktor perubahan perilaku adalah kunci utamanya. Penyadaran masyarakat untuk hidup sehat yang berujung pada perubahan perilaku ini adalah tantangan terbesar.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas