Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kritik AHY soal Daya Beli Dinilai Pakai Data Tak Akurat, Kok Bisa?

Apablia pertumbuhan ekonomi baik, otomatis pendapatan masyarakat meningkat dan berujung pada daya beli masyarakat yang baik pula.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kritik AHY soal Daya Beli Dinilai Pakai Data Tak Akurat, Kok Bisa?
Tribunnews/JEPRIMA
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demorkat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat memberikan orasi politik di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (9/6/2018). AHY menyampaikan orasi politik dengan tema Dengarkan Suara Rakyat yang disaksikan oleh ratusan kader Demokrat. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Presiden, Ahmad Erani Yustika mengatakan, pernyataan Agus Harimurti Yudhoyono mengenai rendahnya daya beli masyarakat Indonesia tidak didukung oleh data yang tepat.

"Saya sebagai ekonom kalau berbicara itu menggunakan teori dan data-data akurat yang menunjang itu semua. Nah dari hal-hal semacam ini (pernyataan Agus), konteks daya beli yang dimaksud itu tidak ada data-data pendukungnya," ujar Erani kepada Kompas.com, Rabu (13/6/2018).

Sebelumnya, AHY mengatakan bahwa antuasiasme masyarakat mendatangi pasar murah yang digelarnya menunjukkan daya beli masyarakat menurun. Menurut Erani, kerangka berpikir demikian kurang tepat.

Secara teori, indikator daya beli ada dua.

Baca: AHY Bantah Demokrat Tidak Konsisten

Pertama, apabila pendapatan naik dengan asumsi harga barang tidak naik, daya beli masyarakat pasti meningkat.

Kedua, apabila harga barang meningkat dengan asumsi pendapatan tetap, barulah daya beli masyarakat menurun. Indikator pertama yakni soal pendapatan, lanjut Erani, erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Apablia pertumbuhan ekonomi baik, otomatis pendapatan masyarakat meningkat dan berujung pada daya beli masyarakat yang baik pula.

Berita Rekomendasi

"Sekarang kita cek data. Pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah 2014 itu selalu 5 persen, bahkan ada yang di atasnya, walaupun tipis. Artinya tidak ada intensi pertumbuhan ekonomi menurun sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat turun pula," kata Erani, yang juga bekas Direktur Eksekutif INDEF ini.

Inflasi alias peningkatan harga barang, lanjut Erani, juga terkendali selama pemerintahan Jokowi-JK.

Ia mencatat, semenjak 2015 hingga saat ini, inflasi tidak pernah melebihi angka 3,6 persen.

Catatan ini jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan masa sebelum 2015.

"Jadi artinya kalau kita menggunakan data-data ekonomi pendukung tadi, pertumbuhan ekonomi dan inflasi, kesimpulannya tidak ada penurunan daya beli," kata dia.

Erani pun meminta supaya AHY yang menjabat sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat itu untuk melengkapi pernyataannya dengan fakta dan data yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stafsus Presiden Sebut Kritik AHY soal Daya Beli Tanpa Data Akurat"
Penulis : Fabian Januarius Kuwado

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas