Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Haul ke-48 Bung Karno, Kisah 'Si Bung' Kelaparan dan Minta Nasi Kecap di Akhir Masa Kekuasaan

Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.” Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang.”

Editor: Aji Bramastra
zoom-in Haul ke-48 Bung Karno, Kisah 'Si Bung' Kelaparan dan Minta Nasi Kecap di Akhir Masa Kekuasaan
istimewa
Soekarno 

TRIBUNNEWS.COM - Tak terhitung banyaknya buku yang menceritakan kisah hidup dan pemikiran Ir Soekarno atau yang lebih akrab dipanggil warga Indonesia dengan julukan Bung Karno.

Bung Karno, salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia hingga kini masih dikenang masyarakat Indonesia sebagai bapak bangsa sejati.

Salah satu cukilan buku yang paling tragis, adalah buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno".

Buku terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 ini ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, dan M.F. Mukti.

Buku ini memuat kesaksian tragis, tentang perlakuan yang diterima Bung Karno di akhir masa kekuasaannya.

Walaupun memiliki banyak predikat 'agung' sebagai salah satu tokoh terbesar bangsa Indonesia, Bung Karno menjalani masa tuanya dalam penderitaan sebagai tahanan politik Orde Baru.

Berikut cuplikan buku tersebut, sebagaimana dikutip dari Intisari :

BERITA REKOMENDASI

Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.

Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.” Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang.”

Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”

Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.” Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.

Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.

“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.

Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana, Maulwi mendengar kalimat atasannya itu, ”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”

Halaman
12
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas