Prabowo dan Aher Dinilai Bisa Meningkatkan Elektabilitas Pasangan Asyik
Kinerja Ahmad Heryawan yang memimpin Jabar selama dua periode punya nilai plus
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Faktor Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Barat diniliai dapat meningkatkan elektabilitas pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) pada Pilkada Jabar 2018.
Direktur Survei & Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, mengungkapkan, terdapat 4 faktor penting penentu kemenangan pasangan Asyik. Pertama, Prabowo dan Aher adalah dua sosok penting yang bisa mewujudkan kemenangan bagi pasangan nomor urut tiga tersebut.
"Berdasarkan hasil survei SPIN, elektabilitas Prabowo (37,1%) masih unggul atas Jokowi (30,5%) di Jawa Barat. Keunggulan Prabowo ini sudah tercermin dalam kemenangannya di Provinsi Jabar sebagai ladang suara saat Pilpres 2014," katanya, Sabtu (23/6/2018).
Kinerja Ahmad Heryawan yang memimpin Jabar selama dua periode punya nilai plus dalam memberikan dukungannya kepada pasangan Asyik. Igor melihat, doktrin memilih pemimpin sebagai ibadah di PKS, ditambah efektivitas mesin parpol Gerindra, PKS dan PAN diharapkan bisa menyapu bersih undecided voters dan swing voters pada hari H pencoblosan.
"Demonstration effect kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang juga diusung Gerindra-PKS-PAN di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu bertendensi diikuti warga Jabar, terutama di daerah yang berdekatan dengan Jakarta, seperti Depok, Bekasi, dan Bogor," katanya.
Faktor kedua, lanjut Igor, hanya pasangan Asyik yang mentautkan kemenangannya di Pilkada Jawa Barat 2018 dengan kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres tahun 2019 nanti dengan jargon "2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden".
Bahkan, pasangan Asyik berani membentangkan kaos ganti presiden saat acara debat Cagub Jabar, karena diusung oleh barisan partai oposisi pemerintah.
"Sedangkan paslon lainnya terbagi dan diusung oleh parpol pendukung pemerintah yang ingin mempertahankan status quo penguasa sekarang ini," katanya.
Yang ketiga, kontroversi pelantikan Komjen Pol Iriawan sebagai Pj Gubernur Jabar yang menimbulkan polemik dan kecurigaan publik, terkait netralitas dalam Pilkada 2018.
Menurut dia, bisa jadi hal tersebut merupakan wujud kepanikan penguasa bahwa paslon Asyik yang tidak mendukung Jokowi dua periode berpotensi menang.
Sedangkan faktor yang keempat, 'nyunda', 'nyakolah', dan 'nyantri' adalah poin penting warga Jabar memilih Gubernurnya.
Menurutnya, ada sublimasi ketiga faktor itu ke dalam diri Sudrajat sebagai orang asli Sumedang, berlatar belakang militer dengan pendidikan sangat baik.
"Begitu juga dengan Syaikhu yang berasal dari Cirebon adalah seorang uztad dan birokrat berwawasan luas," tutur Igor.