Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Survei LSI Denny JA, 75 Persen Publik Tak Ingin Konflik di Pilgub DKI Terulang di Pilpres

Dari hasil survei LSI periode 28 Juni-5 Juli 2018, 72,5 persen responden berharap insiden itu tak terjadi lagi

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Hasil Survei LSI Denny JA, 75 Persen Publik Tak Ingin Konflik di Pilgub DKI Terulang di Pilpres
Tribunnews/JEPRIMA
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby (kanan) saat memaparkan hasil survei bertema Siapa Pasangan Capres dan Cawapres Ideal Pasca Pilkada di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018). Survei LSI Denny JA juga menyebutkan ada 3 nama Cawapres ideal Jokowi agar kuat di parlemen yaitu Muhaimin Iskandar, Romahurmuzy dan Airlangga Hartanto, Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby menyebut masyarakat tak ingin konflik berkepanjangan seperti di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, terulang kembali di Pilpres 2019.

Dari hasil survei LSI periode 28 Juni-5 Juli 2018, 72,5 persen responden berharap insiden itu tak terjadi lagi.

Baca: SBY: Saat Ini Demokrat Tidak Punya Calon Presiden

"Hanya 18,5 persen yang cukup menerima pembelahan publik terjadi di Pilpres 2019. Sebanyak 9 persen tidak tahu atau tidak menjawab," ujar Adjie, di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018).

Ia mengatakan hasil ini menunjukkan kekhawatiran dari masyarakat apabila konflik kembali terulang. 

Dengan kata lain, jelas Adjie, hasil ini merupakan bentuk keengganan publik untuk kembali pada konflik horizontal yang cukup tajam antara pendukung pasangan calon.

Baca: TGB ke Luhut: Apa yang Salah Dukung Jokowi?

Lebih lanjut, ia mencontohkan pembelahan publik pada Pilkada DKI Jakarta 2017 memang banyak berdampak hingga ke lingkungan kerja. Bahkan, ke lingkungan keluarga.

Berita Rekomendasi

"Pada waktu itu pembelahan di publik cukup besar antara yang mendukung Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan yang tidak mendukung Ahok. Hampir semua terbelah, di lingkungan pertemanan, teman ini mendukung Ahok, kelompok teman lainnya nggak mendukung. Bahkan itu sampai ke lingkungan kerja, ke lingkungan keluarga terpecah," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas