Abraham Samad Ingin Jadi Presiden
Selama dua bulan terakhir mantan Ketua KPK, Abraham Samad mengunjungi sejumlah partai politik. Dua parpol yang disambangi, yaitu PKS dan Partai NasDem
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama dua bulan terakhir mantan Ketua KPK, Abraham Samad mengunjungi sejumlah partai politik. Dua parpol yang disambangi, yaitu PKS dan Partai Nasdem. Dia menegaskan, kunjungan itu merupakan upaya menawarkan gagasan dan visi untuk bangsa ke depan.
"Saya menyampaikan gagasan, siapa tahu diantara kalian bisa punya visi yang sama," kata Samad di kantor DPP Nasdem, Selasa (10/8/2018), kemarin.
Menurut Samad, tak menutup kemungkinan dia akan menyambangi partai politik lain menawarkan sebuah gagasan untuk kepentingan bangsa dan negara. "Insyaallah, saya belum tahu. Saya lagi pikir‑pikir," ujarnya.
Selain itu, dia tak menutup kemungkinan akan menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membicarakan gagasan yang dimilikinya dan peluang maju di pesta demokrasi lima tahunan ini. Samad juga mempunyai rencana bertemu dengan para tokoh bangsa. Namun, pertemuan tergantung waktu dan kesedian para tokoh yang ingin ditemui.
"Selalu ada rencana bertemu siapa pun tokoh bangsa ini, lagi‑lagi ini masalah waktu dan kesediaan yang bersangkutan,"kata Samad.
Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh menjelaskan, pertemuan dengan Abraham Samad berlangsung dalam suasana kehangatan. Dia memandang Abraham Samad sebagai seorang sahabat.
Di pertemuan itu, Dia sempat menanyakan kepada Samad apakah mempunyai keinginan maju sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. "Saya tanya ke dia, mau nyapres ya?" kata Paloh.
Menurut Surya Paloh, nama Abraham Samad bukan kali ini masuk di dalam bursa bakal calon presiden ataupun wakil presiden. Namun, sudah sejak Pilpres 2014. Walaupun pada akhirnya di Pilpres pada lima tahun yang lalu, Jusuf Kalla yang mendampingi Joko Widodo.
"Kan bukan baru kali ini, mengingat pada Pilpres yang lalu Abraham juga salah satu yang ternominasi sebagai kandidat cawapres Jokowi. Walaupun, akhirnya bapak Jusuf Kalla yang mendampingi beliau," kata Surya Paloh.
Abraham Samad membenarkan ada pertanyaan dari Surya Paloh mengenai keinginan dirinya maju di dalam Pilpres mendatang. "Ini namanya komunikasi politik. Terserah NasDem memposisikan saya sebagai presiden‑wakil presiden," kata Samad.
Menurut dia, dinamika politik di Indonesia masih terus berjalan. Sampai saat ini belum diketahui siapa yang akan mendampingi Jokowi sebagai wakil presiden dan pasangan calon presiden‑wakil presiden menantang Jokowi di Pilpres 2019. "Dinamika masih berjalan terus. Tidak ada yang pasti," tegasnya.
Di kesempatan itu, dia mengaku, menawarkan sejumlah gagasan mengenai pandangan politik. "Saya menawarkan sejumlah gagasan," tambahnya.
Selain Partai Nasdem, Abraham Samad sebelumnya juga pernah menyambangi PKS. Bahkan nama Abraham Samad sudah diberikan kepada Majelis Syuro PKS. Kendati demikian kelemahan Samad diakui memang tak memiliki modal keuangan. Sebab, ia bukan dari kalangan politikus. Tapi, ia mempunyai gagasan untuk Indonesia ke depan yang lebih baik.
"Enggak punya modal duit, saya bukan orang parpol. Saya menawarkan gagasan besar. Sebuah visi besar yang bisa dikerjasamakan," jelas Samad.
Samad tak merinci lebih detail mengenai gagasan besar yang dimaksudnya. Namun, ia menyinggung gagasannya terkait untuk kepentingan nasional. "Sebelum menetapkan arah pembangunan, atau visi. Pertama kita harus menerapkan dulu apa national interest kita, itulah sebuah gagasan, mulai dari zaman Orba, ada GBHN, Repelita," lanjutnya.
Kemudian, ia promosi karena pengalamannya yang pernah menjabat sebagai pimpinan KPK. Maka, modal itulah yang mendorong dirinya untuk maju sebagai cawapres. "Saya punya pengalaman di KPK, kita melihat problem bangsa dari a to z. Ketika di KPK itu kita seolah berdiri di sebuah menara, berarti kita bisa melihat dari ujung ke ujung," katanya.