Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Aum Sendu Harimau Sumatra" Menyambangi Bandung

Sambut Hari Harimau Sedunia, National Geographic Indonesia mengishakan feature menarik tentang harimau Sumatra.

Editor: Content Writer
zoom-in
ISTIMEWA
Bincang malam bertajuk Aum Sendu Harimau Sumatra yang digelar di Eiger Flagship Sumatera, Bandung pada akhir pekan 28 Juli lalu. 

Meski begitu, WCS tidak tinggal diam. WCS memperkenalkan kandang ternak anti-harimau bagi masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar habitat harimau.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh WCS, solusi ini berdampak pada berkurangnya konflik hingga 60 persen. Tingkat efektivitasnya pun terbilang tinggi, yakni 97 persen.

Fahrul banyak menungkapkan tentang riwayat konflik manusia dan harimau yang terjadi belakangan ini, terkait sikap warga yang menyimpan dendam dengan harimau. Ia juga menunjukkan bentuk mitigasi konflik antar spesies itu yang diterapkan di desa-desatepian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Mirisnya, dalam konflik manusia dengan harimau ini, masyarakat memilih untuk lebih banyak diam atau tidak mendukung harimau dan kehidupannya. Padahal menurut Permenhut No. 48 tahun 2008, manusia dengan satwa liar sama pentingnya.

Perjalanan mengumpulkan data ini mempertemukan Agus dan fotografer Edy dengan berbagai kearifan lokal. Agus mengatakan bahwa masyarakat setempat masih memiliki memori untuk memuliakan harimau, seperti tiga orang asal Kerinci yang dapat berkomunikasi dengan harimau.

Namun, imbuh Agus, kemampuan ini diyakini hanya berlaku bagi orang yang memiliki wahyu atau mereka yang berkemampuan khusus untuk bertemu harimau dalam bentuk gaib.

Tidak hanya mengupas kisah perjalanan penugasan, acara ini juga turut mengajak masyarakat luas untuk ikut berperan dalam menurunkan angka konflik manusia dengan harimau. Harimau merupakan predator puncak yang dikenal buas, namun sejatinya manusialah yang menjadi spesies terbuas di Bumi ini.

Berita Rekomendasi

Saat menutup perbincangan ini Yoan menuturkan benang merah perbincangan yang terkait upaya menangkal kepunahan harimau.

"Tradisi memuliakan harimau masih ada di Sumatra, yang bisa menjadi bekal untuk pelestarian berbasis kearifan masyarakat," ujarnya.

Pesan selanjutnya, konflik manusia dan harimau mendesak untuk dicarikan solusi lintas sektoral, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat.

“Kita mungkin tidak tinggal di Sumatra, tapi kita bias menyebarkan berita positif tentang harimau," tutupnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas