Alumni Lemhannas PPSA XXI Dukung Gerakan Bumi Sebagai Rumah Bersama
Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) PPSA XXI mendukung gerakan “Bumi Sebagai Rumah Bersama” dengan mendorong masyarakat Indonesia
Penulis: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, PANGKAL PINANG - Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) PPSA XXI mendukung gerakan “Bumi Sebagai Rumah Bersama” dengan mendorong masyarakat Indonesia untuk mencintai dan mengembangkan ekonomi wisata berbasiskan lingkungan hidup di daerahnya. Hanya dengan mencintai lingkungan hidup di daerahnya, manusia akan terhindarkan dari berbagai bencana dan sekaligus berdampak memberi kehidupan yang sebenarnya.
Pernyataan ini ditegaskan oleh Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi, Ketua IKAL Lemhannas PPSA XXI, saat menghadiri acara peletakan batu pertama (Ground Breaking) pembangunan Taman Bintang Samudera di Sungailiat, Bangka, Rabu (15/8/2018). Dalam kesempatan itu, bersama dengan pengurus IKAL Lemhannas PPSA XXI yang lain yakni Lina SE, AM Putut Prabantoro serta Thomas Yusman, Arif Wachjunadi menanam pohon di kawasan Taman Bintang Samudera.
Taman Bintang Samudera (TBS) adalah taman wisata religi umat Katolik dengan komposisi 30% destinasi wisata religi dan 70% destinasi wisata umum yang oleh Wakil Gubernur Provinsi Bangka Belitung (BABEL) Abdul Fatah dikatakan akan menjadi ikon destinasi wisata lain di Bangka menyusul ikon-ikon yang sudah dan akan dikembangkan di provinsinya. Sebelum ini, telah ada destinasi wisata religi Pagoda Nusantara, Puri Tri Agung untuk Agama Budha dan akan dibangun Mesjid Panglima Chengho serta dalam perencanaan Pura Hindu. Landscape TBS didesain oleh Sunaryo, seorang muslim dari Bandung, Jawa Barat.
“Tadi dikatakan oleh Pak Thomas yang juga anggota IKAL PPSA XXI, bahwa pembangunan taman ini berbasiskan dan sekaligus merawat lingkungan hidup. Konsep bumi atau ibu pertiwi sebagai Rumah Bersama ini perlu dijadikan gerakan seluruh Indonesia karena memang bumi merupakan rumah untuk siapa saja yang tinggal di dalamnya tanpa melihat suku, agama, ras atau kelompok tertentu. Bumi atau Ibu Pertiwi itu memberikan kehidupan, memberi makan, memberi minum bagi rakyat dan. Kalau bumi tidak dirawat lalu, kita makan apa. Salah satu faktor pemicu bencana alam antara lain adalah, kita manusia tidak merawat bumi ?” ujar Arif Wachjunadi.
Menurutnya, menyelamatkan lingkungan adalah hal utama yang harus dilakukan masyarakat Indonesia sekalipun sebagian orang menganggap pekerjaan sederhana. Merawat bumi itu merupakan pekerjaan sepanjang hidup manusia yang tidak pernah akan berhenti. Yang dilakukan sekarang baru akan dinikmati oleh generasi mendatang.
“Pewaris utama bumi Indonesia adalah anak cucu kita semua. Jika generasi sekarang, generasi kita semua yang hidup pada saat ini tidak mampu merawat bumi pertiwi, tidak mampu mengarahkan generasi sesudahnya untuk merawat bumi, maka yang akan diwariskan kepada generasi penerus adalah bencana. Bumi Indonesia adalah bumi yang rawan bencana karena letaknya yang berada pada lingkaran api. Lha, agak aneh, jika hidup di bawah kondisi rawan bencana, masyarakat Indonesia tidak tersadarkan untuk memelihara bumi,” ujar Ketua Ikal PPSA XXI ini.
Oleh karena itu, Arif selalu melihat bahwa, jika tempat wisata termasuk wisata religi dibangun ada dua keuntungan yang diperoleh masyarakat sekitar yakni perawatan lingkungan hidup dan ekonomi yang bertumbuh. Jika kedua hal ini tidak tercapai, bisa disimpulkan bahwa tempat wisata itu dibangun tanpa konsep atau bermotif lain.
Sementara itu, Thomas Yusman, yang menjabat sebagai Ketua Panitia Ground Breaking TBS, menandaskan bahwa taman ini memang menjadi destinasi baru wisata yang berada di Pantai Timur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Pantai Timur Sungailiat. TBS bukan hanya milik masyarakat Provinsi Babel saja tetapi milih seluruh Indonesia karena dibangun oleh bersama-sama dengan berbagai latarbelakangnya.
“Tambang di Bangka sudah tidak seperti dulu lagi. Melihat kondisi bumi Bangka yang sangat memungkinkan adalah industri pariwisata. Namun bagaimana orang mau datang ke Bangka, jika destinasi obyek wisatanyapun sedikit atau hanya itu-itu saja. Oleh karena itu, TBS tidak hanya milik orang Bangka saja, atau juga hanya milik masyarakat Indonesia. Kami semua yang terjun dalam pembangunan ini menginginkan, TBS menjadi destinasi global. Dan ini hanya dapat tercapai melalui kerja bareng semua pihak,” ujar Thomas.