Mengintip Persiapan Peluncuran Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara
Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara yang merupakan garapan dari Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti beberapa hari lagi akan diluncurkan
Penulis: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara yang merupakan garapan dari Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti beberapa hari lagi akan diluncurkan. Berbagai macam persiapan pun telah dilakukan, baik dari segi penari, koreo gerakan, maupun dari segi tampilan sang penari.
Seperti yang telah direncanakan, peluncuran Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara tersebut akan dilangsungkan tepat pada tanggal 18 Agustus 2018 sekaligus pada pembukaan event Tanah Lot Art & Food Festival 2018.
Bupati Eka menyebutkan sudah melakukan beberapa kali gladi untuk mempersiapkan secara matang peluncuran Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara akan di mulai tepat pada pukul 18 lebih 18 menit WIT yang melibatkan sebanyak 2800 penari wanita yang terdiri dari 10 kecamatan.
Menurutnya Tari Ratu Rejang Segara adalah tarian rasa syukur terhadap Ibu Pertiwi atau Ratu Segara. Dalam artian manusia harus eling (mengingat) bahwa kehidupan itu berasal dari beliu (pertiwi). Bahkan ini juga merupakan bentuk kasih dan ucapan terimakasih pada alam pada atau sang ibu karena sudah menjaga seluruh mahkluk hidup tanpa diminta. “Artinya ini bentuk tarian syukur, serta mempunyai tujuan ajegkan Bali dan jagat nusantara,” tutur Eka pada saat gladi kotor di DTW Tanah Lot. Rabu (15/08/2018).
Dalam mempersiapkan gelaran yang sangat akbar tersebut, Bupati Eka tidak sendirian, melainkan dibantu oleh I Wayan Juana Adi Saputra (Dadong Rerod) sebagai penata tari dan penata tabuh dibantu oleh I Wayan Muder.
“Kita sudah terbiasa selalu berkolaborasi dan bekerjasama dengan semua elemen untuk sama-sama mensukseskan acara ini, selama pementasan nanti juga bekerjasama dengan polisi air, tim life guard agar memantau dan berjaga di bibir pantai supaya pelaksanaan aman. Tarian Rejang Sandat Ratu Segara sudah latihan selama 3 bulan, pembuatanya sudah 3 bulan penyempurnaan ada sekitar 3 minggu”. Terang Bupati Eka
Ia juga menambahkan tarian ini bersifat sakral, menari juga tidak boleh kotor kain. Termasuk jumlahnya yang menari adalah kelipatan sembilan, bisa 18, 27 dan seterusnya. Sebab angka ini menurutnya adalah lambang kasih sayang. “Alam ini kan kurang kasih, kurang sayang, sifat ibunya kurang, artinya dengan tarian ini semua alam mahkluk hidup dan seluruh isinya mudah-mudahan kasih,” katanya.
Karena saking sakralnya, kata Bupati Eka sebelum dipentaskan akan ada upacara khusus. Termasuk dirinya juga H-3 pementasan akan melaksanakan persembahyangan keliling untuk memohon restu atau mepekeling supaya pementasan berjalan lancar. “Salah upacara khusus itu upakaranya berisi tumpeng robyog, ada pula pisang mas pisang raja, serta pejati. Yang jelas kekuatan Bali-Jawa. Nanti juga kami akan taburkan bunga melati 11 kilogram keliling saat hari H,” tegasnya.
Bahkan ia juga menambahkan, jika nanti kalau ada penari yang tidak kuat atau mengalami kerauhan, dibiarkan begitu saja. Sebab saat mereka menari tidak boleh yang lain ikut goyah, serta tidak boleh ada yang mengambil penari yang kerauhan tersebut. “Jadi tidak boleh di 11 menit memotong tarian itu atau orang masuk ke arena tarian itu tidak boleh. Nanti juga saya doktrinisasi mereka ajarkan trik spiritual agar mereka bisa menjaga diri masing-masing,” tambahnya.
Bupati Eka juga berharap dengan adanya tarian tersebut, dapat menjaga keseimbangan nusantara, tidak ada perpecahan, kekerasan, pertentangan antar umat beragama, semua rukun satu dan saling mengasihi. “sepanjang kita rukun selalu ada kemenangan. Kalau kita sudah rukun dan damai, maka nusantara pun akan damai, mudah-mudahan”. Tandas Eka.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.