Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semasa Hidupnya, Leo Batubara Berjuang Keras Selesaikan Bukunya

Suasana duka begitu terasa di kamar KLM Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Semasa Hidupnya, Leo Batubara Berjuang Keras Selesaikan Bukunya
Tribunnews.com/Amriyono Prakoso
Suasana di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (30/8/2018). 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Suasana duka begitu terasa di kamar KLM Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Isak tangis terus terdengar di dalam ruangan 6x10 meter itu. Tubuh Tokoh Pers Nasional, Sabam Leo Batubara terbujur kaku di perseyaman.

Keluarga dan kerabat terus berdatangan untuk memanjatkan doa dan mengenang masa-masa bersama anggota Pokja Bidang Pengaduan Dewan Pers itu.

Baca: Seorang Pejabat Laporkan Gratifikasi Tiket Asian Games ke KPK

Putra kedua Leo Batubara, Coki Aloysius Batubara tampak tetap berada di luar ruangan saat keluarga dan kerabat silih berganti berdatangan."Tidak kuat saya," ucap dia singkat.

Kepada Tribun, Coki mulai bercerita, ayahandanya masih memiliki satu impian yang belum selesai, yakni menyelesaikan buku "Indonesia Bergelut Dalam Paradoks Jilid IV".

Buku yang seri pertamanya pernah dirilis pada 2009 itu. "Keinginan beliau tinggal itu saja. Menyelesaikan bukunya," ujar dia dengan mata memerah.

Setiap malam, hanya menulis yang selalu dilakukan oleh Leo. Tidak ada hal lain yang dikerjakan sepeninggal istrinya Lintong Tambunan yang sudah mendahului satu bulan lalu.

Berita Rekomendasi

"Iya menulis saja sudah. Tidak ada lagi. Dia mau cepat selesai bukunya," katanya.

Atau, lanjut Coki, setiap hari ayahnya menghabiskan waktu untuk berolahraga setiap pagi.

Menyempatkan waktu untuk tetap berjalan di sekitar rumah.

Meninggalnya pria yang berusia 79 tahun itu, ungkapnya, sangat mendadak. Pihak keluarga sama sekali tidak memiliki firasat apa-apa.

Apalagi, selama ini tidak pernah ada keluhan sakit dari Leo, meski ginjalnya hanya tersisa satu.

"Semuanya sangat mendadak. Kami pun tidak pernah terpikir akan seperti ini," suaranya mulai serak.
Saat dinyatakan meninggal oleh dokter, belum ada satupun anggota keluarga yang menemani. Terlebih, Leo sudah berhenti bernafas saat perjalanan dari Kantor Dewan Pers menuju RSPAD. "Tidak ada persiapan sama sekali. Kami tahu dari orang kantor Dewan Pers," imbuhnya.

Leo dinyatakan meninggal usai jatuh terpeleset dari depan Kamar Mandi lantai 7 kantor Dewan Pers di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, pada Kamis (29/8) siang.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas