SAYA BUKAN YAHYA WALONI
Saya bukan Pak Yahya Waloni. Bertemu saja belum pernah apalagi mengenalnya. Namun dalam youtube
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saya bukan Pak Yahya Waloni. Bertemu saja belum pernah apalagi mengenalnya. Namun dalam youtube, foto saya digunakan sebagai ilustrasi tautan yang berjudul "Bukti !!! Video Yahya Waloni Masih Pendeta". Dengan foto tersebut seakan -akan ingin ditegaskan bahwa saya adalah Yahya Waloni. Penggunaan foto yang jelas hoax ini dapat menimbulkan salah paham dari para pihak yang terkait dengan unggahan tersebut. Lebih jauh lagi, bukan tidak mungkin pemasangan foto ini akan memancing permasalahan baru.
Demikian dijelaskan AM Putut Prabantoro, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), di Jakarta, Selasa (18/9/2018) yang merespon penggunaan foto pribadinya dalam tayangan video di youtube yang diunggah Ancoreh sembilan bulan lalu telah ditonton lebih dari 25 ribu viewer.
Alumnus LEMHANNAS - PPSA XXI itu menjelaskan, dirinya mendapatkan tautan tersebut dari seorang rekan di Jogya. Mengaku kaget tetapi sekaligus geli karena sudah jelas si pengunggah melakukan aksi hoax. Namun dirinya tidak dapat memahami maksud pengunggah video tersebut dengan pemasangan fotonya.
Menurut pengakuan Putut Prabantoro, foto yang diunggah di Youtube dengan link https://youtu.be/PgkpV0UZbtA itu adalah foto dirinya saat melakukan selfie dengan Paus Franciscus di halaman Basilica St. Petrus, Vatikan, pada Rabu 28 Oktober 2015. Foto yang bersejarah tersebut menjadi berita di berbagai media Indonesia karena merupakan foto yang langka berselfie dengan Paus Fraciscus dengan menggunakan tongsis.
"Foto ini mempunyai sejarah tersendiri. Pada waktu itu, bersama Hermawi Taslim, kami berdua diundang untuk menghadiri konferensi internasional peringatan 50 tahun Ensiklik Nostra Aetate tentang toleransi, pluralisme dan membangun kesepahamanan antaragama. Acara peringatan itu dihadiri oleh berbagai pemuka agama dan aktifis tolerasi dan pluralisme dari berbagai negara. Konferensi internasionalnya sendiri diselenggarakan di Universitas Gregoriana, Roma,” jelas Putut Prabantoro.
Hermawi Taslim yang dimaksud Putut Prabantoro adalah Wasekjen Partai Nasdem dan Wakil Direktur Hukum dan Advokasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo – Maruf Amin. Saat memenuhi undangan dari Vatikan tersebut, Hermawi Taslim selaku Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI) dan AM Putut Prabantoro selaku Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
Menanggapi judul tautan di Youtube, Putut mengungkapkan, bahwa ada nuansa SARA di dalamnya. Sementara isinya, sama sekali tidak menyangkut dirinya, dan hanya foto dirinya bersama Paus Franciscus yang menjadi ilustrasi utama dalam tautan tersebut. Putut Prabantoro mengaku tidak mengerti alasan foto dirinya dan Paus Franciscus digunakan sebagai ilustrasi dalam tautan yang sama sekali tidak sesuai dengan spirit yang dibawa oleh dirinya dan Hermawi Taslim pada saat momentum itu terjadi.
“Bagi saya agama itu adalah urusan pribadi yang tidak perlu diperdebatkan, atau dijadikan alat pembenaran. Meskipun demikian, sekalipun urusan pribadi, agama harus berbuah perbuatan baik bagi sesama karena agama berdimensi sosial terutamanya memanusiakan manusia. Ketika agama menghasilkan buah permusuhan, substansi dari agama itu hilang,” ujarnya.
Terkait dengan unggahan video dengan menggunakan fotonya, Putut meminta pihak yang mengunggah mencabut fotonya agar tidak menimbulkan salah paham atau salah kenal terhadap orang yang berkaitan dengan maksud unggahan tersebut. Jika foto dirinya tidak dicabut dalam tautan tersebut, dirinya mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh untuk mengambil langkah-langkah bijak demi nama baik.
Aktif dalam gerakan toleransi dan pluralisme, pria Jawa kelahiran Palembang ini sehari-harinya berprofesi sebagai konsultan komunikasi publik. Karena pengalaman kerjanya di bidang migas, Putut Prabantoro juga memfokuskan diri sebagai peneliti ekonomi kerakyatan yang diawali dengan buku “MIGAS – The Untold Story” yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 2014. Pada saat ini, Putut Prabantoro sedang menunggu hasil gugatan konstitusional ke Mahkamah Konstitusi terhadap UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Gugatan konstitusional terhadap UU BUMN itu diajukan bersama Letjen TNI (Pur) Kiki Syahnakri selaku warga negara perseorangan.