Menristekdikti: Nilai Akademik Lulusan Perguruan Tinggi Harus Diimbangi dengan Kompetensi
Wisuda menjadi momen paling membanggakan bagi tiap wisudawan dan wisudawati.
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Wisuda menjadi momen paling membanggakan bagi tiap wisudawan dan wisudawati.
Selain melepas status mahasiswa, wisuda menjadi seremoni penyematan gelar akademik yang diperoleh setelah bertahun-tahun menuntut ilmu di perkuliahan.
Namun perjuangan mereka tidak hanya terhenti disitu, justru ini merupakan awal persaingan di dunia kerja.
Penguatan kompetensi menjadi hal yang penting dalam meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia di mata dunia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI, Mohamad Nasir dalam orasi ilmiahnya pada acara Wisuda Universitas Yudharta Pasuruan.
Dalam orasi ilmiah bertema "Interdisipliner Skill Generasi Milenial Siap Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0", Menristekdikti menekankan perubahan pola pikir untuk melihat pentingnya peningkatan kompetensi.
"Selama ini kita hanya terpaku pada nilai akademik dan mengesampingkan kompetensi. Seharusnya dapat diberikan bersamaan karena itu yang dibutuhkan oleh perusahaan dan dunia kerja", ujar Nasir, berdasarkan keterangan resmi, Senin (22/10/2018).
Menristekdikti juga menjelaskan faktor yang berpengaruh dalam persaingan global.
Hal tersebut adalah pendidikan tinggi dan pelatihan, serta riset dan inovasi.
"Global Competitiveness Index Indonesia ada di peringkat ke-36 dari 137 negara. Itu perlu kita tingkatkan", tutur Menristekdikti.
Baca: Menristekdikti Instruksikan Kampus di Palu Segera Aktif Kembali
Nasir juga membandingkan, di bidang pendidikan tinggi, Indonesia memiliki 262 juta penduduk dengan 4600 perguruan tinggi, sedangkan Cina hanya memiliki 2824 perguruan tinggi dengan jumlah penduduk yang lebih dari 1,4 milyar orang.
Melihat data tersebut, Indonesia memiliki penduduk 1/6 dari total penduduk Cina serta perguruan tinggi yang dua kali lebih banyak.
Sementara itu di bidang riset, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam empat tahun terakhir.
"Dulu jurnal publikasi hanya ada sekitar 5 ribu, sekarang sudah mencapai 20 ribu. Sekarang kita sudah berada di atas Thailand yang hanya sekitar 12 ribu jurnal", ujar Nasir.