Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PPP : Kasus Ratna Sarumpaet adalah Salah Satu Politik Kebohongan

Wakil Sekretaris Jenderal PPP Ahmad Baidowi sepakat dengan pernyataan Jokowi yang meminta politisi menghentikan politik kebohongan.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in PPP : Kasus Ratna Sarumpaet adalah Salah Satu Politik Kebohongan
WARTA KOTA/henry lopulalan
PEMERIKSAAN KEJIWAAN--Tersangka kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoaks, Ratna Sarumpaet, hendak menjalani pemeriksaan kejiwaan di Bidang Kedokteran Kesehatan (Biddokes) Polda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Rabu (10/10/2018).--Warta Kota/henry lopulalan 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal PPP Ahmad Baidowi sepakat dengan pernyataan Jokowi yang meminta politisi menghentikan politik kebohongan.

Kerena politik kebohongan akan merusak tatanan demokrasi.

"Ya bagus. Politik hoaks ataupun hoaks politik harus dihindari. Karena politik hoaks atau kebohongan itu merusak tatanan demokrasi dan tidak mencerdaskan," ujar Baidowi, Senin, (22/10/2018).

Menurut Baidowi salah satu contoh politik kebohongan adalah kasus Ratna Sarumpaet yang mengaku dianiaya. Kasus tersebut hanya membuat situasi politik gaduh namun tidak mencerdaskan.

"Kasus Ratna Sarumpaet, itulah politik kebohongan yang nyata dan membuat jagat politik gaduh," katanya.

Menurut Baidowi yang harus dilakukan dalam berpolitik adalah saling tukar menukar gagasan.

Baca: Pegawai Pemkot Jaktim Histeris saat Terjebak di Dalam Lift

Berita Rekomendasi

Saling tukar ide bagaimana caranya membangun bangsa, bukan menjual kebohongan hanya untuk meraih kekuasaan.

"Kita harus berpolitik sesuai fakta dan data tidak menjual kebohongan,"pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo mengingatkan semua pihak mengakhiri politik kebohongan selama Pemilu 2019. Ini disampaikan di puncak perayaan HUT Partai Golkar ke-54 di JIExpo Kemayoran.

"Di masa Pileg dan Pilpres bahwa yang kita lakukan bukan perang demokrasi, tapi perayaan atau pesta demokrasi," kata Jokowi, Minggu (21/10/2018).

Jokowi menuturkan, pesta atau perayaan demokrasi seyogianya diisi dengan adu prestasi dan gagasan, bukan sebaliknya melakukan caci maki apalagi kebohongan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas