Strategi Playing Victim Menyamakan Cawapres dengan Bung Hatta
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Dr. Ari Junaedi menyanyangkan strategi kampanye kubu Prabowo-Sandi.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Dr. Ari Junaedi menyanyangkan strategi kampanye kubu Prabowo-Sandi.
Jurus kampanye terbaru seperti yang dinyatakan juru bicara koalisi yang didukung Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat, menyamakan Sandiaga Uno dengan proklamator Bung Hatta.
"Kelompok koalisi Prabowo-Sandi tengah memainkan strategi playing victim. Dengan reaksi negatif dari masyarakat mengenai pernyataan ini, tujuan tersebut telah tercapai. Sandi lagi-lagi menjadi korban dari cibiran publik,"ujar Ari Junaedi dalam rilisnya yang diterima tribunnews.com, Kamis (25/10/2018).
Dalam jangka panjang, ia memprediksi kubu Prabowo - Sandi akan memainkan strategi-strategi playing victim lain untuk meraih simpati publik.
"Belum lepas pernyataan soal harga bawang dan cabai yang Rp 100 ribu, tempe setipis ATM, pernyataan blunder soal nelayan atau tingkah memakai petai di kepala serta main keseimbangan di tembok kuburan," ujarnya.
"Sandi akan menggunakan cara untuk mengerek elektabilitasnya. Sadar, melawan jejak rekam prestasi 4 tahun pemerintahan Jokowi harus tidak ada cara lain, memutar balikkan mindset calon pemilih ke hal irasional, nyeleneh serta kontroversi," lanjut peraih penghargaan World Custom Organization di tahun 2014 dibidang tata laksana komunikasi ini
Salah satu pembimbing disertasi di Pascasarjana Universitas Padjadjaran ini menambahkan kampanye yang dilakukan saat ini seakan terjebak dengan politik identitas.
"Sangat lucu dan menggelikan jika Prabowo misalnya diidentikkan dengan Soekarno atau Sandiaga Uno seperti Muhammad Hatta. Akan mirip jika Mahathir Muhammad disebut Soekarno kecil karena keberaniannya memunculkan produk-produk nasional semasa dia memerintah Malaysia dulu," sindir Ari.
"Akan menggelikan jika Prabowo menyandang sematan Soekarno padahal tidak terbukti di rekam jejaknya. Kenapa pula Prabowo atau Sandiaga Uno tidak berani menyebut dirinya titisan Soemitro Djodjohadikoesoemo atau Soeharto misalnya ? Kenapa pula harus Bung Hatta ? Itu yang tidak make sense," katanya lagi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.