Musa Rela Bolos Kerja Demi Demo
Dari sekian banyak massa aksi, adalah Musa. Seorang pria asal Sukabumi yang hadir untuk bergabung dengan demonstran lainnya.
Editor: Anita K Wardhani
![Musa Rela Bolos Kerja Demi Demo](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/aksi-bela-tauhid_20181026_192638.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selepas Salat Jumat (26/10), ribuan orang mengenakan pakaian putih dan hitam berbondong berdiri di jalan Merdeka Barat Jakarta, tepat di depan Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.
Dari sekian banyak massa aksi, adalah Musa. Seorang pria asal Sukabumi yang hadir untuk bergabung dengan demonstran lainnya.
Pria berusia 37 tahun itu mengaku harus meninggalkan kerjaannya sebagai seorang pegawai swasta di kantornya yang berada di Bogor untuk ikut demo. Tanpa sepengetahuan bosnya.
"Bolos saja. Demi ikut demo ini," katanya sembari terus memegang bendera Ar-Rayah di tangannya.
Kepada Tribun, dia mengaku baru pertama kali ikut demonstrasi seperti ini. Meski mengaku sempat was-was apabila akan terkena sanksi dari kantornya yang bergerak di bidang perbankan itu.
Namun, ramainya aksi membuat kekhawatiran dia terbayar. Pasalnya, banyak massa aksi yang mengaku kepadanya bolos kerja.
"Banyak teman ternyata. Pada ngomong, mereka juga bolos," ucapnya tersenyum.
Dia mengaku harus berangkat pagi sekali untuk langsung sampai di Masjid Istiqlal Jakarta dan bergabung dengan massa lainnya.
Tanpa teman dari Sukabumi, dirinya berkenalan dengan beberapa orang saat menunggu di Masjid dan diberikan bendera Ar-Rayah oleh seorang teman barunya.
Dia mengaku tidak terafiliasi dengan ormas Islam manapun di lingkungan rumahnya. Alasan untuk ikit serta dalam demonstrasi, murni keinganannya sendiri.
Baginya, tidak boleh ada umat Islam yang menghina atribut Islam. Baik itu bendera, maupun atribut lainnya.
"Apapun alasannya, enggak bener lah. Kalau sampai bakar-bakaran begitu. Apalagi, sama-sama umat Islam. Untuk menyuarakan itu saja sih," lanjut pria yang mengenakan kemeja hitam dengan celana bahan warna senada.
Sebenarnya, lanjut pria satu anak itu, ingin sekali bertemu Menkopolhukam Wiranto dan berbicara dengannya agar tidak lagi ada kejadian seperti ini.
Namun, hal itu sirna karena hanya tujuh orang perwakilan massa aksi yang diperbolehkan masuk.