TNI AL : KRI Sikuda Sempat Tangkap Sinyal CVR Lion Air PK-LQP, Namun Lemah
Harjo juga menjelaskan, sinyal ping sempat diterima beberapa kali oleh KR Sikuda, namun sinyal ping itu sesekali dan lemah.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Kepala Pusat Hidro Oseanografi TNI AL Laksamana Muda Harjo Susmoro mengatakan, salah satu fokus evakuasi Pesawat Lion Air PK-LQP adalah pencarian Cockpit Voice Recorder (CVR) Black Box pesawat tersebut.
Ia juga menyebut, sinyal 'ping' CVR sempat tertangkap alat High Presition Acoustic Positioning (HIPAP) dan ROV, namun kemudian menghilang lagi.
Untuk itu, Harjo menyebut pihaknya kini sedang berupaya menemukan CVR itu.
"Kita punya alat nama HIPAP, ini sedang diutak-atik (diperbaiki), untuk menangkap sinyal ping, mudah-mudahan bisa segera difungsikan optimal dan berhasil," kata Harjo di KRI Sikuda, perairan Karawang, Jawa Barat, Minggu (4/11/2018).
Diketahui, HIPAP digunakan untuk mengendalikan ROV, yang menjadi 'mata' di dasar laut.
Sedangkan, sinyal dari CVR juga sedang dicari titik lokasi jatuhnya.
Baca: Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh Di Lokasi Penangkapan Udang
"Sinyak 'ping' (CVR) aktif 90 hari, tergantung kemampuan baterai sejauh mana. Muda-mudahan batrainya berfungsi baik," terang Harjo.
Harjo juga menjelaskan, sinyal ping sempat diterima beberapa kali oleh KR Sikuda, namun sinyal ping itu sesekali dan lemah.
"Penerimaan masih lemah, (ada) ping, terus hilang, kalau pingnya stabil, koordinatnya ketahuan," jelas Harjo.
Baca: Pretty Asmara Meninggal, Permintaan Terakhir hingga Pengakuan Vicky Prasetyo
Lebih lanjut, Harjo bicara pentingnya penemuan CVR Pesawat Lion Air PK-LQP itu.
Pasalnya, rekaman percakapan di pesawat diperlukan untuk mengetahui kondisi terakhir sebelum jatuh.
"Pencarian CVR, voice antara pilot dan kopilot, dan juga suasana penumpang untuk memperkuat penelitian. Karena CVR akan merekam percakapan pilot dan kopilot, sama suasana kabin, sehingga detik demi detik, kenapa pilot membiarkan (pesawat jatuh), kenapa pesawatnya cenderung nukik terus kok dibiarkan," papar Harjo.
Ia juga mengatakan kemungkiann posisi CVR yang tifak jaih dari lokasi ditemukanya FDR.
Pasalnya, letak CVR ada di bagian depan pesawat dan FDR ada di bagian ekor pesawat.
"Pada saat pesawat kan nukik, yang terhantam kan CVR dulu, bisa jadi terbentur keras, terpental dan terkubur. FDR kan di ekor, jadinya gampang ditemukan. Logikanya sih gitu, lumpur kan 20-30 cm terus tertimbun, kalaupun ketemu, harus dibongkar," terang Harjo.
Dikabarkan, Pesawat dengan tipe B737-8 Max terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang.
Pesawat dilaporkan telah hilang kontak pada 29 Oktober 2018 pada sekitar pukul 06.33 WIB.
Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E.
Sindu mengatakan, pesawat Lion Air itu berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.10 WIB.
Pesawat juga sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.