Keluarga Korban Jatuhnya Lion Air: Dengan Rasa Hormat, Saya Mohon Pak Rusdi Kirana Berdiri
"Dengan rasa hormat, pak. Saya mohon Pak Rusdi Kirana berdiri. Saya baru lihat pertama kali ini Pak Rusdi,"
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilik Lion Group, Rusdi Kirana bertemu dengan ratusan anggota keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP pada konferensi pers penjelasan evakuasi korban di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11/2018).
Mengenakan kemeja putih, Rusdi bersama Dirut Lion Air Edward Sirait dan jajaran direksi maskapai penerbangan itu memasuki aula yang sudah dikerumuni keluarga korban. Mereka duduk di barisan paling depan.
Hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Dirut Lion Air Rudi Lumingkewas, Kepala Badan Nasional Pencarian, Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya M Syaugi, Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono dan Kapusdokkes Polri, Brigjen Arthur Tampi memaparkan laporan upaya evakuasi korban sepekan pasca insiden tragis itu.
Setelah itu, para anggota keluarga korban diberi kesempatan menyampaikan pernyataan. Suasana di ruangan itu pun hening dan tegang.
Terdengar isak tangis anggota keluarga ketika meluapkan emosi setelah berhari-hari menunggu kepastian akan nasib yang terkasih.
"Saya ucapkan terimakasih dan apresiasi untuk semua jajaran yang telah mengevakuasi dan bekerja penuh, tapi tidak untuk Lion Air. Pak Rusdi Kirana saya anggap gagal," kata Ayahanda Johan Ramadan, salah seorang korban, yang disambut riuh oleh keluarga korban lainnya.
"Dengan rasa hormat, pak. Saya mohon Pak Rusdi Kirana berdiri. Saya baru lihat pertama kali ini Pak Rusdi," imbuhnya.
Duta Besar RI untuk Malaysia itu hanya terdiam mendengar kekecewaan anggota keluarga.
Dia kemudian berdiri menghadap ratusan wajah yang tak gembira itu sembarimenunduk dan menangkupkan tangan layaknya tanda permintaan maaf.
Tak hanya sekali, Rusdi kembali diminta berdiri oleh ayah seorang korban bernama Pangki Pradana Sukandar, Mohamad Bambang Sukandar.
Bambang meminta Lion Air membenahi manajemennya, agar kejadian serupa tak terulang.
"Kami dapat info, benar atau tidak, pesawat ini trouble dari bandara Ngurah Rai. Landing di CKG ada perbaikan, apa perbaikan itu sudah clear. Dalam hal ini teknisi lion air harus tanggung jawab penuh bukan hal sepele, nyawa ratusan harus ditanggungjawabi. Anak saya itu 29 tahun pekerja untuk difabel, putrinya baru empat tahun," ujarnya seraya terisak.
"Kalau benar mohon diproses hukum. Tolong manajemen Lion Air diperbaiki jangan sampai terjadi lagi. Kejadian sudah berapa kali. Kami tak bermaksud diskredit Lion tapi ini kenyataaannya," pungkasnya.
Baca: Lion Air JT 610 Jatuh, Tak Gunakan Celana Pendek Bisa Selamatkan Nyawa saat Terbang
Usai pertemuan tersebut, Rusdi bergegas meninggalkan ruangan. Awak media tak berhasil menemuinya usai acara.
Rusdi Kirana membangun Lion Air bersama saudaranya, Kusnan Kirana sejak 1999.
Bisnis penerbangan ini memiliki konsep penerbangan berbiaya murah (low cost). Hingga saat ini, Lion Air Group memiliki beberapa penerbangan termasuk Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo (Malaysia) dan Thai Lion Air (Thailand).
Sementara itu, Lion Air nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) lalu.
Pesawat itu membawa 189 orang, termasuk penumpang dan kru pesawat. Penumpang terdiri dari 178 orang dewasa, satu anak-anak, dan dua bayi. Sementara kru pesawat terdiri dari dua kokpit kru dan enam orang awak kabin.