Haru di Atas Laut Saat Keluarga Korban Pesawat Lion Lakukan Tabur Bunga
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air melakukan tabur bunga di atas perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perahu-perahu karet, tampak sibuk bermanuver. Puluhan penyelam masih terlihat memakai tabung oksigen dan masuk ke dalam laut. Kapal SAR masih terapung di atas perairan Tanjung Karawang. Helikopter masih terus mengudara di 20 mil arah utara Pelabuhan Tanjung Priok.
Ratusan anggota keluarga korban menyaksikan semua hal itu dari atas KRI Banda Aceh dan KRI Banjarmasin. Dua kapal perang yang disiapkan untuk memfasilitasi mereka menuju lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP.
Suasana begitu haru, hanya terdengar penjelasan dari Panglima Komando Armada I, Laksamana Muda Yudo Margono.
"Di titik ini merupakan lokasi jatuhnya pesawat dari hasil temuan kami. Tim saat ini masih terus melakukan pencarian dan penyelaman di sekitar lokasi," jelasnya di atas KRI Banda Aceh, Selasa (7/11/2018).
Keluarga yang pada awalnya sempat terdiam selama berada di dalam tenda, lambat laun mulai terisak. Hingga tak sanggup lagi menahan tangisnya. Di bawah terik matahari yang cukup menyengat, suara tangis perlahan menyeruak di atas buritan.
Pendamping dari pihak Lion Air dan TNI mencoba menenangkan. Beberapa di antara mereka tampak memeluk kerabat dan pendamping yang menemani. Beberapa keluarga lainnya, mencoba tetap tegar sembari mengusap air mata yang terus membasahi pipi.
Baca: Jenazah AKBP Mito Disambut Lima Kapolres
Satu diantaranya adalah Ahmad. Pria asal Bangka Belitung itu mencoba tetap tegar atas kehilangan keponakannya bernama Rio Pratam.
Meski, dia juga harus kehilangan tiga orang sanak saudaranya dalam waktu yang berdekatan. "Tidak bisa apa-apa lagi. Insya Allah, kami sekeluarga ikhlas, begitu juga dengan istrinya yang sekarang sudah kembali ke Babel," ungkapnya kepada Tribun.
Pun begitu dengan keluarga dari korban atas nama Ema. Dalam kondisi yang sudah seperti ini, keluarga hanya ingin secepatnya teridentifikasi. "Mudah-mudahan bisa lebih cepat. Insya Allah kami terus berdoa yang terbaik," kata pria berperawakan tinggi tersebut.
Ratusan pasang tangan mulai menengadah, dalam tangis keluarga ikut memanjatkan doa yang dipimpin oleh Rohaniawan dari TNI.
Lima plastik besar berisi bunga juga ditaburkan ke laut dari atas KRI. Suara tangis kembali pecah. Anggota keluarga yang mulai tidak kuasa, dipapah untuk kembali ke dalam tenda besar.
Pencarian Tetap Berlanjut
Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi memastikan seluruh korban pesawat Lion Air PK-LQP akan ditemukan. Masa evakuasi akan kembali ditambah.
"Bapak ibu jangan khawatir untuk tidak ditemukan, jika masih ada yang belum ditemukan akan kami cari," kata Syaugi di hadapan keluarga korban di KRI-Banjarmasin 592, Selasa (6/11)
Syaugi mengatakan, pihaknya akan menganalisa hasil dari pencarian hari kesepuluh. Untuk diketahui, tahap awal pencarian berlangsung selama tujuh hari, kemudian tambah tiga hari. Dia menambahkan, peluang untuk ditemukannya jenazah masih dimungkinkan di kawasan perairan Tanjung Pakis.
"Kemarin saya perpanjang (penambahan 3 hari) karena kita temukan di Tanjung Pakis itu 21 lebih kantong. Berarti kemungkinan dan faktanya masih ada, makanya kita perpanjang besok, kita lihat gimana situasi besok kalau masih mungkin ditemukan lagi kita perpanjang," ucap Syaugi.
Syaugi menambahkan, untuk melakukan proses pencarian, pihaknya memastikan tidak akan memakai bantuan asing. Menurutnya, peralatan yang sudah dinilai canggih dan sudah mendukung untuk proses pencarian korban.
"Jadi kita tidak pakai bantuan-bantuan asing karena Tim SAR kita ini cukup canggih dan profesional didukung TNI, Polri dan instansi lain yang biasa kita sebut. Jadi enggak ada masalah," tandasnya.(ryo/tribunnews)