Tren Mabuk Air Rebusan Pembalut, KPAI: Berawal Dorongan Ekonomi
KPAI merasa sangat prihatin dengan semakin banyak kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan NAPZA Sitti Hikmawatty angkat bicara terkait tren mabuk air rebusan pembalut yang menjangkiti sejumlah remaja di Jawa Tengah.
Sitti Hikmawatty mengatakan, hasil penelusuran KPAI mendapatkan bahwa, percobaan yang mereka buat didorong oleh faktor ekonomi.
"Karena tidak mampu membeli karena tidak punya biaya, sementara sudah kecanduan, maka mereka berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi Internet tadi, meracik sendiri ramuan-ramuan yang diharapkan akan memberikan hasil seperti kebutuhan mereka," kata Sitti Hikmawatty diketerangannya di Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Sejauh ini, ia menuturkan kasus penyalagunaan PCC telah ditemukan 2017 lalu, di mana remaja mencari alternative zat yang membuat mereka fly, tenang ataupun gembira.
"Awalnya didapatkan secara coba-coba atau eksperimen. Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika diluar Narkoba, maka beberapa zat "temuan" para remaja ini termasuk kelompok eksperimen psikotropika," jelas Sitti Hikmawatty.
KPAI merasa sangat prihatin dengan semakin banyak kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut.
Baca: Rampung Awal 2019, Pemerintah Berupaya BPNT Tepat Sasaran
Lebih lanjut, Sitti menerangkan, terkait jumlah belum bisa diprediksikan, karena ini berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreatifitas mereka "meramu" bahan-bahan yang mudah di dapat dipasaran.
"KPAI terus berkoordinasi dengan banyak pihak agar fenomena ini bisa ditangani, namun tetap saja garda terdepan ada di dalam keluarga, dan lingkungan terdekat di mana anak tinggal," tutur dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.