Bamsoet: Masalah Tenaga Honorer Akan Diselesaikan Bertahap
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menjelaskan untuk menjawab kegelisahan masyarakat di berbagai daerah, pemerintah dan DPR RI sepakat menyelesaikan
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, PURBALINGGA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menjelaskan untuk menjawab kegelisahan masyarakat di berbagai daerah, pemerintah dan DPR RI sepakat menyelesaikan permasalahan tenaga honorer secara bertahap.
Satu di antara caranya yakni penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) pada 2018 dengan formasi keseluruhan sekitar 238.000 orang.
“Dari total formasi CPNS, sekitar 112.000 orang akan dialokasikan untuk tenaga guru, termasuk guru honorer dan guru agama yang belum diangkat. Selain tenaga guru, pemerintah juga mengalokasikan penerimaan CPNS tenaga kesehatan sekitar 60.000 orang, meliputi tenaga dokter, bidan, perawat, dan apoteker yang belum diangkat menjadi PNS,” ujar Bamsoet, sapaan akrabnya, saat acara Reses DPR RI di Purbalingga, Senin, (19/11/2018).
Dalam pertemuan tersebut, Bamsoet sekaligus meresmikan Rumah Aspirasi Bambang Soesatyo di Purbalingga.
Baca: Bamsoet: Lapas Jadikan Masyarakat Kembali Taat Hukum
Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini menambahkan, terhadap tenaga honorer yang telah berusia melampaui 35 tahun, akan diberikan kesempatan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai honorer yang akan ditetapkan menjadi PPPK tetap harus melalui proses seleksi.
“Sedangkan pegawai honorer yang ikut seleksi CPNS tapi dinyatakan tidak lulus, akan dikembalikan kepada pemerintah daerah ataupun kementerian/lembaga yang mempekerjakan pegawai honorer tersebut sebelumnya. Gaji yang diberikan tidak di bawah UMR (upah minimum regional). Dengan demikian kesejahteraan dan kepastian pekerjaan mereka tetap terjamin,” urai Bamsoet.
Lebih jauh mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menerangkan, menyambut tahun 2019 pemerintah dan DPR RI sudah menyepakati berbagai asumsi makro dalam APBN 2019.
Antara lain, angka pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3 persen, laju inflasi 3,5 persen, nilai tukar rupiah Rp 15.0000 per USD, harga minyak mentah 70 dolar per barel, lifting minyak 775.000 barel per hari dan lifting gas setara 1.250.000 barel per hari.
“DPR RI akan pastikan agar APBN direalisasikan dalam rangka pemerataan pembangunan dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkualitas melalui pembangunan manusia, pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja serta pemantapan ketahanan energi, pangan dan sumber daya air,” imbuh Bamsoet.
Dalam APBN 2019, Ketua Badan Bela Negara FKPPI ini mendukung peningkatan anggaran dana desa.
Tahun 2015, dana desa sebesar Rp 20 triliun. Di 2016 meningkat menjadi Rp 47 triliun dan pada tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp 60 triliun. Di APBN 2019 di alokasikan Rp 73 triliun.
“Besarnya dana yang didapat setiap desa yang bisa mencapai Rp 800 juta, harus digunakan untuk pembangunan desa. Pengerjaan pembangunannnya tak boleh menggunakan kontraktor, namun harus padat karya. 30 persen dari nilai proyek harus digunakan untuk membayar upah masyarakat yang bekerja. Dengan demikian geliat ekonomo di desa akan tumbuh, jiwa gotong royong juga akan berkembang,” tegas Bamsoet.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.