Pegawai Humas DPR Raih Penghargaan Icon PR Indonesia 2018
Eksistensi dan keberlangsungan sebuah organisasi, korporasi atau bangsa tak hanya membutuhkan peran Public Relations (PR), tapi juga pemimpin yang ulu
Editor: Content Writer
Eksistensi dan keberlangsungan sebuah organisasi, korporasi atau bangsa tak hanya membutuhkan peran Public Relations (PR), tapi juga pemimpin yang ulung dalam berkomunikasi kepada audiens. Untuk mendorong hal tersebut, PR Indonesia kembali memberikan sejumlah penghargaan kepada praktisi PR dan pemimpin yang memiliki keunggulan dalam berkomunikasi.
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI patut berbangga diri karena tak hanya Ketua DPR RI yang mendapatkan penghargaan sebagai Best Communicators 2018. Namun, salah satu pegawai di lingkungan Setjen dan BK DPR RI juga berhasil menyabet penghargaan dalam Acara Jambore PR Indonesia yang di gelar di Klenteng Sam Poo Kong, Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Leidena Sekar Negari, salah satu pegawai Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Biro Pemberitaan Parlemen Setjen dan BK DPR RI yang mendapatkan penghargaan “Icon PR Indonesia 2018”. Dena, sapaan akrabnya berhasil memenangkan kompetisi pemilihan duta Public Relations melalui esai yang berjudul “Meramu Narasi Membentuk Reputasi”.
Dalam tulisannya, Dena menggambarkan kesehariannya menjadi seorang Praktisi Public Relations DPR RI sebagai lembaga politik sekaligus legislatif di Indonesia. Bagaimana setiap instansi memiliki karakteristik yang berbeda dengan lembaga negara lainnya.
“Awalnya saya mengikuti Icon PR Indonesia karena saya ingin memperkenalkan DPR kepada masyarakat dibidang public relations dan kemudian membuat tulisan mengenai dinamika yang ada di DPR dari cara komunikasi para Anggota DPR sampai dengan Anggota DPR RI sebagai orator politik,” papar Dena.
Di DPR RI sendiri, lanjut Dena, ada 560 Komunikator Politik yang masing-masing memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat, sehingga Humas dituntut untuk mengikuti perkembangan situasi politik dan mendapatkan informasi seluas-luasnya dari media maupun stakeholder.
Bagi lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini, menjadi seorang PR adalah passion, bagaimana kekuatan narasi dan komunikasi non verbal bisa merubah situasi yang tadinya terlihat buruk sehingga bisa diterima baik dimata publik.
Sementara itu, founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan berpendapat sudah sepantasnya fungsi-fungsi komunikasi tidak hanya ada di dalam diri setiap praktisi PR, tapi sudah menjadi DNA yang tertanam di semua pelaku organisasi/korporasi, termasuk para pemimpinnya.
Menurutnya, salah satu tugas yang melekat pada seorang pemimpin adalah menjadi komunikator. Sejarah mencatat, para pemimpin hebat adalah para komunikator ulung. Mereka bisa menyampaikan pesan secara jelas dan jernih kepada publik pada situasi yang terus berubah.
Ia juga menyampaikan kriteria yang membuat Leidena menjadi Icon PR Indonesia 2018, yakni sejumlah prestasi dan pengalamannya dalam berorganisasi. “Setelah kami putuskan yang membuat Leidena menjadi pemenang antara lain karena dia masih muda, punya karya dan punya prestasi, serta memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan komunikasi kepada publik,” tutur Asmono Wikan. (*)