Peneliti LIMA: Adopsi Program Orba Tak Akan Naikkan Elektabilitas Prabowo-Sandi
Ditambahkan Ray, konten-konten orde baru dirasa tak tepat jika diperuntukkan kepada pemilih milenial, mengingat bonus demografi Pilpres 2019 banyak
Penulis: Reza Deni
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti mengatakan wacana orde baru , terutama soal swasembada pangan dan energi, yang kerap diujarkan oleh kubu Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, tidak dapat menaikan elektabilitas.
Hal tersebut, dikatakan Ray, justru malah menguntukan keluarga Soeharto.
"Jadi targetnya sebetulnya keluarga. Bukan target untuk naikkan elektabilitas Pak Prabowo. Kalau bagi Pak Prabowo ini antiklimaks, kontraproduktif ," ujar Ray di D Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (21/11/2018).
Pengandaian hidup di zaman Orba yang serbaenak, dikatakan Ray, rampaknya coba digunakan dalam kampanye kubu Prabowo-Sandiaga, terutama soal istilah swasembada.
"Dengan inilah mereka mencoba kembali menggunakan seolah-olah di zaman Pak Harto serbaenak, kampanye untuk menghapuskan kekelaman masa lalu di zamannya Pak Harto itu," tambahnya.
Ditambahkan Ray, konten-konten orde baru dirasa tak tepat jika diperuntukkan kepada pemilih milenial, mengingat bonus demografi dalam Pilpres 2019 cukup besar.
"Kalau mengingatkan untuk menarik pemilih usia 60 - 70 tahun enggak apa-apa, tapi kan 4 sampai 5 persen, ya masa mereka mau korbankan milienal yang 30 sampai 40 persen," imbuhnya.
Selain itu, saat kekayaan anak keluarga Presiden RI ke-2 Soeharto disandingkan dengan anak Persiden RI Joko Widodo, jauh berbeda, entah itu dari jenis maupun hasil bisnisnya.
"Anak Pak Jokowi tumbuh berbisnis dengan tangan sendiri, bisnisnya tidak besar-besar banget, dibanding total kekayaan yang dimiliki anak Pak Harto," pungkasnya.