Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SETARA Institute Nilai Belum Saatnya Pakai Pendekatan Militer Sikapi Pembunuhan Pekerja di Papua

Tindakan kriminal yang dilakukan secara keji terhadap pekerja dalam jumlah besar tersebut harus mendapatkan penanganan serius

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in SETARA Institute Nilai Belum Saatnya Pakai Pendekatan Militer Sikapi Pembunuhan Pekerja di Papua
Grafis Tribun-Video/ Alfin Wahyu
31 pekerja pembangunan jembatan dan jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Minggu (2/12/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - SETARA Institute memberikan beberapa pernyataan terkait kasus pembunuhan belasan pekerja Istaka Karya oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Wakil Ketua SETARA Institute, Bonar Tigor Naipospos mengungkapkan, tindakan kriminal yang dilakukan secara keji terhadap pekerja dalam jumlah besar tersebut harus mendapatkan penanganan serius dari aparat keamanan, untuk mengembalikan tertib sosial dan memulihkan keamanan, khususnya di Distrik Yigi dan di area-area pelaksanaan proyek-proyek pemerintah serta di Papua pada umumnya.

Baca: Kabar Terbaru Pembunuhan Pekerja di Papua: Kontak Senjata Terjadi, 1 Anggota Tertembak

"Namun demikian, kita juga mesti mengingatkan kepada aparat keamanan, baik sipil maupun militer, untuk tetap bertindak proporsional menggunakan pendekatan sipil berbasis sistem hukum pidana dalam menangani kasus pembununan terhadap pekerja kolosal tersebut," katanya dalam keterangan resmi SETARA Institute.




Bonar Tigor Naipospos menyarankan, aparat hendaknya tidak mengambil langkah berlebihan yang dapat memperburuk situasi keamanan, baik aktual maupun persepsional, di Papua yang secara umum dalam beberapa tahun belakangan ini relatif terkendali.

"Secara objektif, pendekatan militer belum dibutuhkan," katanya.

Namun, Bonar Tigor Naipospos mengatakan, harus diakui aksi KKB ini adalah serangan yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir yg dilakukan kelompok perlawanan bersenjata di Papua.

Ini memperkuat indikasi bahwa telah terjadi peningkatan kualitatif perlawanan Papua, yang dalam banyak kasus juga terjadi dalam bentuk front perjuangan sipil melalui konsolidasi pembentukan United Liberation Movement of West Papua (ULMWP) serta dukungan dari mahasiswa Papua di berbagai kota di Indonesia.

BERITA TERKAIT

Terkait gangguan keamanan yang terus berulang, Bonar Tigor Naipospos mengatakan pemerintah harus serius merespons secara komprehensif, antara lain dengan mencari formulasi penyelesaian politik di Papua, sebab jika tidak, eskalasi perlawanan KKB pasti meningkat.

"Pemerintah Jokowi - Jusuf Kalla harus menyadari bahwa pembangunan infrastruktur dan peningkatanan kesejahteraan ekonomi masyarakat Papua tidaklah cukup, apabila tidak dibarengi penghormatan dan rekognisi atas hak-hak dasar masyarakat Papua," kata Bonar Tigor Naipospos.

Dalam konteks itu, lanjut Bonar Tigor Naipospos, penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu serta yang terjadi pada dan pascapemerintahan Soeharto menjadi prasyarat mendesak.

"Dialog dan kesediaan mendengar hati dan pikiran rakyat Papua tidak boleh ditunda dan tidak bisa ditutupi dgn kemajuan ekonomi belaka," tutur Bonar Tigor Naipospos.

Dalam konteks perhelatan politik elektoral, Bonar Tigor Naipospos mengatakan para politisi hendaknya tidak melakukan politisasi terhadap penembakan yang mengakibatkan terbunuhnya para pekerja tersebut.

"Sebaliknya, seluruh elit politik kita harus memberikan dukungan dan kepercayaan sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan," kata Bonar Tigor Naipospos.

Baca: Cerita Korban Selamat dari Pembantaian Kelompok Bersenjata di Papua, Pura-pura Mati lalu Lari

Tidak lupa, SETARA Institute menyampaikan dukacita mendalam atas dibunuhnya para pekerja yang sedang melaksanakan program pembangunan tersebut. SETARA juga mengutuk pembunuhan secara biadab yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Bumi Cendrawasih.

"Tindakan tersebut tidak saja inhuman atau tidak manusiawi, namun juga memberikan efek domino rasa takut (fear) di kalangan pekerja dan warga, sehingga dapat mengganggu program-program pembangunan masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang sedang digalakkan oleh pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla," kata Bonar Tigor Naipospos.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas