Analisa Pengamat Politik Soal Kedatangan SBY dan Jokowi Hampir Bersamaan Datang ke Riau
Kedatangan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden RI Joko Widodo ke Riau tak ada untung bagi warga, dan Riau jadi pertarungan
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Kedatangan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden RI Joko Widodo ke Riau tak ada untung bagi warga, dan Riau jadi pertarungan.
Menurut Pengamat Politik dan Pemerintahan Universitas Riau, Hasanuddin banyak perspektif yang bisa dilihat dari kunjungan kedua tokoh tersebut.
Perspektif pertama, netral.
Keduanya masing-masing dilihat sebagai para pihak yang sedang menjalankan missi kenegarawanan.
Di sisi lain mantan presiden ke 6, SBY sebagai ketua umum partai, sedang berupaya keras mendorong kelembagaan partainya supaya dapat menjadi partai modern dan berusaha mempertahankan posisi sebagai partai besar.
Konsolidasi organisasi tentu saja diperlukan setiap partai politik dalam menghadapi persaingan antar partai yang semakin ketat.
Dalam perspektif ini, kunjungan kedua tokoh ini harus dilihat tidak berkaitan satu sama lain, karena bisa saja masing-masing sudah diagendakan jauh-jauh hari sebelumnya.
Perspektif kedua, tidak netral.
Perspektif ini memandang kunjungan keduanya penuh muatan politik sebagai persaingan.
Masing-masing pihak sedang menjalankan missi menguasai medan pertarungan memenangkan kompetisi pemilu 2019 dan berupaya tidak memberi ruang kepada pihak lawan mendominasi di Riau.
Perspektif ketiga memandang kunjungan Presiden Jokowi pada waktu yang sama dengan SBY tidak netral tetapi muatan politiknya berbeda dengan perspektif kedua, lebih sebagai upaya saling mengakomodasi kepentingan.
Perspektif ini melihat akan ada pertemuan kedua tokoh dan ada upaya mencapai deal-deal politik setelah atau dalam kunjungan di Pekanbaru.
Bagi kubu Jokowi, dalam posisinya sebagai incumbent akan mendapat tambahan kekuatan kalau Partai Demokrat melalui SBY merapat ke kubunya, tetapi apa untungnya bagi Partai Demokrat.
Meskipun Partai Demokrat tidak memiliki beban ideologis yang berat untuk mendekat ke kubu incumbent, tetapi sebagai langkah strategi politik, jelas tidak menguntungkan bagi Partai Demokrat karena “efek ekor jas” yang diharapkan tidak akan diperoleh.
Terlalu naif jika mengaitkan kemungkinan pertemuan ini sebagai upaya mencapai deal politik memajukan kepentingan pribadi SBY.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.