Kata Mbah Rono, Tsunami Selat Sunda Terjadi Bukan Karena Letusan Anak Gunung Krakatau
Surono meminta masyarakat tidak menyalahartikan penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Vulkanologi Surono meminta masyarakat tidak menyalahartikan penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menegaskan, tsunami di perairan Selat Sunda tidak ada kaitannya dengan erupsi letusan Anak Gunung Krakatau.
"Jangan ada diskusi lagi, jangan beri judul tsunami di Selat Sunda disebabkan oleh letusan Anak Krakatau. Jangan kriminalisasi Gunung Anak Krakatau," kata Mbah Rono dalam sebuah diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR' di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2019).
Baca: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Airnav Indonesia Pastikan Penerbangan Masih Berjalan Normal
Peristiwa yang menelan korban sebanyak 437 orang, 14.059 orang luka-luka, 16 orang hilang ini, kata Mbah Rono, bahwa penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda karena longsoran Anak Gunung Krakatau.
Hal tersebut telah diteliti dan dipublikasikan sejak 2012 yang lalu.
“Ini bukan letusan tapi longsoran Gunung Anak Krakatau. Tsunami di Selat Sunda sudah diteliti, tsunami di Selat Sunda disebabkan karena longsoran,” ungkapnya.
Baca: Cecilia Ungkap Takut Lihat Indonesia 2019, Begini Hukum Percayai Anak Indigo Kata Ustadz Abdul Somad
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini, menyebut apabila Gunung Anak Krakatau bisa berbicara, maka gunung yang berada diantara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ini akan mengiyakan apa yang disampaikannya tersebut.
"Anak Krakatau akan bilang dari dulu 'orang bilang melihat saya potensi tsunami adalah longsoran tubuh saya, bukan letusan saya'. Pasti anak Krakatau dengan jujur mengatakan itu,” papar Mbah Rono.