Viral Capres - Cawapres Fiktif Nurhadi - Aldo, Muncul Peringatan Adanya Potensi Golput
Sosok capres - cawapres fiktif Nurhadi - Aldo, muncul peringatan akan adanya potensi golput.
Editor: Pravitri Retno W
JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Nurhadi yang diberi citra sebagai calon presiden tidak sepakat jika meme dirinya disebut sebagai ajakan untuk golput alias tidak memilih dalam Pilpres 2019.
Hal ini dia ungkapkan melalui program Rosi yang tayang di Kompas TV, Kamis (11/1/2019) malam.
"Itu orang ngelamun saja, ndak perlu dirasakan. Yang jelas Nurhadi-Aldo selalu ajak yang terbaik, punya pemimpin yang baik," ujar Nurhadi.
Dia menegaskan, menggunakan hak suara adalah sebuah kewajiban.
Jika tidak ada calon presiden dan wakil presiden yang baik, kata Nurhadi, pilih yang lebih baik di antara keduanya.
Baca: Sudjiwo Tedjo Curiga Ada Campur Tangan Pihak Jokowi di Balik Nurhadi-Aldo, Sang Kreator Buka Suara
Namun, perbedaan pilihan tidak boleh membuat perpecahan.
"Jangan bertengkar. Jadi orang tua itu yang rukun," kata dia.
Sementara itu, pembuat konten Nurhadi, yaitu Edwin justru berkata sebaliknya.
Edwin tidak membantah ketika konten buatannya dikhawatirkan memperbesar jumlah golput.
"Justru semakin bagus," jawab Edwin yang hadir dalam program itu lewat sambungan telepon.
Edwin bahkan mendukung jika ada pilihan kotak kosong dalam surat suara.
Jika tak ada pilihan yang baik, masyarakat berhak tidak memilih.
Ketika ditanya soal perbedaan pendapat dengan Nurhadi, Edwin mengatakan, pada akhirnya itu merupakan pilihan masyarakat.
Pisau bermata dua Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan, fenomena Nurhadi bagai pisau bermata dua.
Di satu sisi, kehadirannya bagaikan penyejuk suasana politik yang tengah panas.
Baca: Nurhadi-Aldo: Penyegar kesumpekan Pilpres yang menormalisasi kecabulan politik?
Namun di sisi lain, bisa menjadi arus baru kekecewaan terhadap sistem politik.
"Keadaan itu belum, itu kalau sudah membesar nanti. Ini fenomena pengingat saja," ujar politisi yang akrab disapa Cak Imin ini.
Sementara itu, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said juga setuju dengan hal itu.
Dia setuju jika Nurhadi muncul karena suasana sumpek yang dihasilkan dalam proses Pilpres ini.
Namun, dia juga setuju fenomena ini harus dijaga agar tidak berkembang ke arah yang salah.
"Mesti dijaga, jangan sampai tujuan untuk mengingatkan, tapi malah melawan sistem begitu rupa hingga akhirnya tujuan pemilu tidak tercapai," kata Sudirman.
Apatisme pada politik Dalam kesempatan sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudian Muhtadi menjelaskan, ada perbedaan antara swing voters dan undecided voters.
Swing voters adalah pemilih yang sudah punya pilihan, tetapi bisa pindah ke lain hati.
Undecided voters adalah mereka yang benar-benar belum menentukan pilihan.
Jumlah undecided voters berdasarkan survei Indikator sebesar 9,2 persen, sedangkan swing voters sebesar 15 persen.
Baca: Nurhadi Ungkap Sosok Dibalik Admin Nurhadi-Aldo, Ini Jawabannya Soal Postingan yang Dianggap Vulgar
Sementara itu, potensi golput ada sekitar 20-25 persen.
Burhanudin mengatakan, kehadiran Nurhadi dengan kutipan satirnya bisa menambah ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu.
"Itu bisa menambah apatisme politik," ujar Burhanudin.
Meskipun, ada sisi positifnya, yaitu mengurangi polarisasi pendukung Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga.
Ketika Pilpres diikuti dua pasangan calon, Burhanudin mengatakan, tingkat polarisasi memang begitu besar.
Masyarakat seolah terbagi dua.
Konten mengenai Nurhadi seolah menjadi pengaman untuk mengurangi ketegangan antara pendukung dua pasang calon itu.
(Kompas.com/Jessi Carina)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peringatan Potensi Golput di Balik Munculnya Capres Fiktif Nurhadi"