Kesaksian Para Penyelam TNI AL yang Temukan CVR Lion Air di Perairan Karawang
Komandan KRI SPICA Letkol Laut Hengky Iriawan mengungkapkan situasi yang dialami para awak KRI Spica untuk menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komandan KRI SPICA Letkol Laut Hengky Iriawan mengungkapkan situasi yang dialami para awak KRI Spica untuk menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air JT 610 di perairan Karawang.
Dikatakan, begitu sulitnya kondisi yang ditemui selama perjalanan enam hari. Cuaca yang tidak bersahabat, jarak pandang bawah air yang terbatas, serta suara "Ping" yang beberapa kali ada dan hilang.
"Ya kesulitannya cukup banyak. Tapi, kami tidak menyerah. Kami ingin maksimal di hari terakhir. Usaha dan berdoa," kata dia.
Berikut wawancara Tribun dengan empat penyelam penemu CVR, yakni Kapten Iwan Kurniawan, Serda Satria Margono, Klasi Kepala Tri Agus dan Klasi Kepala Debi Susanto serta Komandan KRI SPICA, Letkol Laut Hengky Iriawan.
Baca: 2 Malam Sebelum Penemuan CVR Lion Air di Perairan Karawang, Awak KRI Spica Gelar Pengajian
Tribun : Seperti apa pencarian yang dilakukan sehingga bisa menemukan CVR Lion Air?
Satria Margono : Kami cuma sisir saja. Kemarin-kemarin ada suara ping. Tadi pagi, tidak ada. Nah, kami cari di lokasi titik terakhir itu saja. Lalu, kami mulai mencari dengan metode circle itu.
Tri Agus : Ping yang bunyi itu dari baterai. Nah, ini baterainya lepas, tidak tahu kemana. Makanya, kami turun langsung nasib-nasib-an saja. Alhamdulillahnya tadi pagi ketemu. Kami bikin tali, dari as roda itu jarak pencarian 10 meter melingkar. Modalnya itu saja.
Baca: Disindir Menjemput Mantan Usai Nyanyi Lagu Topeng Ariel, Respons Luna Maya Buat Studio Langsung Riuh
Tribun : Berarti dilakukan secara manual (menggunakan tangan)? Lalu bagaimana dengan Jarak pandangnya di bawah sana?
Tri Agus : Iya, merogoh. Semua yang ketemu di tangan kami bawa masukkan ke karung yang kami bawa.
Satria Margono : Lumpurnya itu naik. Jadi jarak pandang itu hanya satu meter saja. Masih banyak juga bongkahan kapal di dalam air. Kami tadi tim pertama turun pukul 08.25 WIB. Pukul 08.48 WIB itu ketemu.
Tribun : Selama pencarian per hari, berapa kali menyelam?
Satria Margono : Enam hari sejak kami turun, setiap hari itu ada tujuh kali. 25 orang satu tim dari Dislambair.
Tri Agus : Ini sebenarnya hari terakhir. Kami sudah cukup bingung sejujurnya. Tapi, kami ingin maksimal hari ini. Semalam juga kami juga sudah berdoa di kapal ada pengajian. Jadi kami ingin total. Semuanya yang ada di tangan, angkut saja semuanya. Mau besi, mau bongkahan, apa saja masuk.
Tribun: Bisa diceritakan kendala yang dihadapi dalam proses pencarian seperti apa?
Iwan Kurniawan : Cuaca yang tidak menentu. Hari pertama cukup baik. Hari kedua, hari ketiga cuaca kembali buruk. Semua rambu yang kami pasang di bawah juga hilang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.