Sama Seperti Pilpres 2014, Prabowo Pakai Lagi Istilah 'Bocor' di Pilpres 2019
"Terjadi kebocoran-bocoran kekayaan negara mengalir ke luar negeri. Ini kesalahan kita bersama, kesalahan elite. Cari jalan keluarnya," kata Prabowo.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kembali menggunakan kata 'bocor' saat debat Pilpres 2019 putaran pertama di Jakarta, Kamis (17/1/2019).
"Kami yakin negara ini sangat kaya tapi terjadi kebocoran kekayaan mengalir ke luar negeri," kata Prabowo," kata Prabowo.
Kata-kata bocor itu dipakai Prabowo saat debat pilpres 2014 pada Senin 23 Juni 2014 lalu.
Kompas.com, mencatat calon presiden Prabowo Subianto mengucapkan kata "bocor" sebanyak 10 kali dalam acara debat capres babak ketiga yang diadakan di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada tahun 2014 lalu.
Baca Berita Tahun 2014: Debat Ketiga, Prabowo Ucapkan Kata Bocor 10 Kali
Kata "bocor" yang dimaksudkan Prabowo saat itu, misalnya mengenai sumber daya alam (SDA) Indonesia yang hasilnya sebagian besar mengalir ke luar negeri.
Sehingga, bangsa Indonesia hanya merasakan sedikit hasil kekayaan alam miliknya. Sayang, Prabowo tidak menyebutkan data berapa nilai kebocoran tersebut.
Baca: Ruhut Sitompul Nilai SBY Setengah Hati Dukung Prabowo Subianto, Tak Hadir Saat Debat Perdana
Maksud kebocoran saat ini
Sebagai pernyataan penutup debat pertama pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019), Prabowo Subianto bertekad akan menghentikan kebocoran kekayaan Indonesia ke luar negeri apabila ia memenangi pilpres 2019.
"Kami yakin negara ini sangat kaya tapi terjadi kebocoran kekayaan mengalir ke luar negeri," kata Prabowo.
"Ini bukan salah siapa saja ini kesalahan kita bersama. Ini kesalahan elite yang membiarkan ini sudah puluhan tahun. Kita mau cari jalan keluarnya. Kita mau perbaiki," sambungnya.
Baca: Mucikari Windy Ambil Jatah Rp 20 Juta, Gunakan WhatsApp Khusus
Prabowo mengatakan, dengan kekayaan yang kembali ke tangan Indonesia, negara ini akan mempunyai uang yang cukup untuk melipatgandakan gaji penegak hukum dan para pejabatnya.
"Kita lipat gandakan gaji jaksa, hakim, polisi. Dengan demikian kita berharap akan ada lembaga hakim, polisi, jaksa yang tidak dapat dikorup. Kita harus cari the bright and brightest son untuk di lembaga itu," kata dia.