Yenny Wahid:Saya Seorang Ibu yang Mendukung Jokowi
"Kalau ada yang mengatasnamakan umat namun justru mengajarkan ujaran penuh kebencian dan radikalisme, hari ini menunjukkan masyarakat
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Ribuan anggota Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) berkumpul di Gelora Bung Karno, Jakarta, untuk mempringati hari ulang tahunnya ke-73.
Dalam acara itu Muslimat NU mendeklarasikan antihoaks karena saat ini fenomena berita palsu, fitnah, dan ujaran kebencian kian marak menjelang Pemilu 2019.
Ketua Panitia Pelaksanaan Maulidurrasul dan Hari Ulang Tahun (Harlah) ke-73 Muslimat NU, Yenni Wahid, mengatakan acara itu menunjukkan kehadiran mayoritas masyarakat bersuara atau noisy majority, yang merindukan Islam cinta damai. "Hari ini menunjukkan masyarakat merindukan Islam cinta damai," kata Yenny seusai peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU.
Menurut Yenny, kehadiran ribuan Muslimat NU menunjukkan kelompok yang selama ini disebut silent majority, saat ini sudah tidak diam lagi. Ditambahkan, Muslimat NU telah menjadi mayoritas masyarakat bersuara atau noisy majority yang menyuarakan Islam cinta damai.
Baca: Muslimat NU Awali Harlah Dengan Doa Dan Santunan ke Anak Yatim
"Kalau ada yang mengatasnamakan umat namun justru mengajarkan ujaran penuh kebencian dan radikalisme, hari ini menunjukkan masyarakat merindukan Islam cinta damai," ujarnya.
Putri mantan Presiden Gus Dur itu menilai ratusan ribu Muslimat NU yang datang dalam Harlah tersebut menunjukkan sebagian besar umat Islam di Indonesia adalah orang yang cinta damai, toleran dan moderat.
Yenny enggan menyebut kehadiran ratusan ribu warga Muslimat NU itu sebagai unjuk kekuatan kaum perempuan pendukung pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "Kalau saya mendukung Jokowi, seorang ibu yang mendukung Jokowi," katanya.
Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Kerja, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hadir dalam acara itu. Para menteri yang hadir antara lain Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumardi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menkopolhukam Wiranto, dan Menteri Desa Eko Putro Sandjojo.
Deklarasi antihoaks, fintah, dan ghibah dipimpin Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Deklarasi itu berisi empat poin, dibacakan oleh Khofifah dan diikuti oleh ratusan ribu anggota Muslimat yang hadir.
Poin pertama, menekankan pentingnya penolakan pada hoaks, fitnah, dan ghibah yang dapat memicu perpecahan dan perselisihan bangsa. Poin kedua menegaskan anggota Muslimat tidak akan membuat dan menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, fitnah, serta ghibah.
Poin ketiga, membudayakan menyaring berita sebelum menyebar informasi. Sedangkan poin terakhir mengingatkan tentang perlunya berpikir positif untuk menguatkan ukhuwah dan persatuan bangsa.
Islam moderat
Khofifah mengatakan, komitmen ini perlu dipegang mengingat nilai‑nilai diusung NU berkenaan dengan corak Islam yang mengedepankan toleransi dan moderasi. "Untuk membangun toleransi dan moderasi, harlah kali ini kami deklarasikan warga Muslimat antihoaks" kata Khofifah.
Di harlah ke‑73 ini, Muslimat NU mengusung tema, "Jaga Aswaja, Teguhkan Bangsa." Khofifah menilai, tema ini tak lepas dari nilai toleran dan moderat yang diusung NU. "Toleransi dengan yang berbeda akan menjadikan kita berlomba‑lomba menuju kebaikan dari yang satu kepada lainnya," ucap Khofifah.
Presiden mengapresiasi deklarasi antihoaks, fitnah, dan gibah. "Saya kira ini sebuah perlawanan terhadap banyaknya hoaks yang ada di media sosoal," ujar Jokowi.
Baca: Yenny Wahid: Warga NU Miliki Kedekatan dengan Jokowi
Presiden juga minta agar Muslimat NU berkontribusi mewujudkan Islam yang moderat. "Kita ingin Islam moderat, moderasi Islam terus digaungkan. Sudah disampaikan oleh Ketua Umum Muslimat NU, Ibu Khofifah Indar Parawansa, Islam yang Aswaja penuh toleransi, penuh moderasi, saling menghargai, saling menghormati, itulah semangat yang disampaikan oleh Muslimat NU," katanya.