Impor Jagung Tanpa Kuota Bikin Petani Khawatir
Pasalnya, mereka khawatir kebijakan ini berdampak langsung pada kualitas dan harga jagung lokal.
Editor: Content Writer
Petani jagung menyayangkan keputusan Pemerintah kembali membuka keran impor jagung pakan. C
Menurut Ketua Asosiasi Petani dan Pedagang Jagung Indonesia Solahudin, kebijakan impor menjelang masa panen raya memang sedikit menyakitkan para petani dan peternak. Pasalnya, mereka khawatir kebijakan ini berdampak langsung pada kualitas dan harga jagung lokal.
"Akhir Februari ini kan kita sudah masuk masa panen raya. Otomatis kebutuhan jagung juga akan tercukupi. Jadi sekali lagi kebutuhan peternak sudah cukup. Saya sudah tak bisa ngomong apa-apa kalau memang impor tetap dilakukan," ujar Solahudin Rabu (30/1).
Kekhawatiran petani cukup beralasan, mengingat Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin memprediksi, impor terbaru ini akan masuk pada akhir Februari 2019.
Sebelumnya Menko Darmin Nasution menjelaskan kebijakan impor dilakukan karena kebutuhan peternak yang mendesak. Menurutnya impor 30 ribu ton jagung yang terakhir belum bisa mencukupi kebutuhan sehingga perlu ditambah melalui impor tanpa kuota.
"Permintaan-permintaan dari peternak kecil menengah baik petelur maupun pedaging itu masuk terus ke Bulog. Sehingga waktu Kamis itu, waktu kita review bahkan impor yang 30 ribu kemudian yang sudah di jalan itu sudah habis, permintaannya lebih banyak dari situ," katanya.
Meski demikian Darmin yang pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia menjamin, keseluruhan impor tidak akan mengganggu harga jual jagung petani.
Seperti diketahui akhir November 2018 lalu Pemerintah juga memutuskan mengimpor jagung sebanyak 100.000 ton menyusul kelangkaan jagung di kalangan peternak ayam petelur (layer) UMKM.
Anggota Parlemen Bela Petani Jagung
Berdiri di belakang petani jagung, secara terpisah anggota parlemen dari Komisi IV DPR RI, Roem Kono juga sangat menyayangkan kebijakan impor jagung tanpa kuota hingga pertengahan Maret 2019.
Pasalnya, produksi jagung saat ini melimpah karena berbagai daerah sedang memasuki musim panen raya.
"Perlunya impor jagung itu kan hanya pendapat Pak Menko Darmin saja jika dilihat dari sisi ekonomi. Tapi dilihat dari fakta lapangan tidak begitu, justru awal tahun 2019 ini kita sedang menghadapi panen raya jagung. Pak Menko Darmin sebaiknya turun ke lapangan," demikian diungkapkan Roem Kono saat panen raya jagung di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Rabu (30/1/2019).
Sebagian ladang jagung pakan di tanah air mulai panen sejak pertengahan Januari lalu. Di Provinsi Jawa Timur perkiraan luas panen pada Januari 2019 sebesar 17.286 Ha, khususnya Kab. Probolinggo seluas 3.000 Ha.
Dari luas lahan itu perkiraan produksi jagung provinsi Jawa Timur bulan Januari sebesar 102.779 ton pipilan kering (PK). Sedangkan produksi Jagung Kab. Probolinggo mencapai 21.000 Ton dengan rata-rata produksi 7 Ton/Ha PK.
Saat menghadiri panen jagung di Desa Randu Merak, Kec. Paiton, Kab. Probolinggo, Jawa Timur (16/1), Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman sempat menyampaikan harapan agar hasil panen segera diserap untuk stabilisasi harga jagung pakan.
Dari 38 Kabupaten di Jawa Timur, diperkirakan potensi panen jagung pada Februari 2019 mencapai 273.564 Ha dengan perkiraan produksi mencapai 1,2 juta ton Pipilan Kering.
Sedangkan untuk Maret perkiraan Luas panen seluas 175.011 Ha dengan potensi produksi sebesar 636.610 Ton Pipilan Kering. (*)