Menag Enggan Tanggapi Puisi 'Doa yang Ditukar' Karya Fadli Zon yang Menuai Protes
Mereka protes dan meminta Fadli meminta maaf karena menilai Puisi itu telah menghina ulama Maimoen Zubair atau yang karib disapa Mbah Moen.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin enggan mengomentari terkait puisi Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon berjudul "Doa yang Ditukar" yang belakangan menuai protes dari sejumlah organisasi masyarakat Islam dan santri karena dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimoen Zubair.
"Maaf ya, saya tidak mengomentari yang seperti itu lah. Tanyakan kepada yang lain," kata Lukman usai menghadiri Rakornis TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-104 Tahun Anggaran 2019 di Balai Sudirman, Jakarta Selatan pada Selasa (12/2/2019).
Sebelumnya diberitakan, puisi berjudul 'Doa yang Ditukar' karya Wakil ketua Umum Gerindra Fadli Zon mendapatkan protes sejumlah pihak, satu di antaranya Majelis Ulama Indonesia Kota Sukabumi dan sejumlah santri di Jawa Tengah.
Mereka protes dan meminta Fadli meminta maaf karena menilai Puisi itu telah menghina ulama Maimoen Zubair atau yang karib disapa Mbah Moen.
Baca: Slamet Maarif Jadi Tersangka, Fadli Zon Sebut Ada Upaya Membungkam Kritik
Meskipun demikian Fadli yang juga menjabat Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak akan meminta maaf karena telah membuat puisi tersebut.
Karena menurutnya tidak ada yang salah dengan puisi yang dibuatnya itu.
"Ya untuk apa saya melakukan sesuatu yang tidak saya lakukan," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (11/2/2019).
Fadli Zon kembali menegaskan bahwa Puisi Doa yang ditukar, tidak ada kaitannya dengan Mbah Moen.
Menurutnya puisi tersebut ditujukan kepada penguasa bukan pada Mbah Moen.
"Saya kira saya udah jelaskan beberapa kali bahwa puisi itu ekspresi dan nggak ada hubungannya dengan mbah Maimoen. Saya kira bagi mereka yang memahami itu, di situ jelas, sangat jelas, bahkan dalam puisi itu disebutkan kaum penguasa, mbah Maimoen kan bukan penguasa," katanya.
Fadli Zon meminta puisi tersebut tidak terus digoreng atau dipelintir seolah-olah ditujukan pada Mbah Moen.
Baginya Mbah Moen merupakan ulama yang sangat arif dan bijaksana.