Lewat Film "Yang Ketujuh", Dhandy Ajak Masyarakat Jadi Pemilih Cerdas
"Karena tidak akan terulang 50 sampai 70 tahun ke depan, oleh karenanya, kami memutuskan untuk merekam peristiwa ini,” katanya
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Tebet (Forte) menyelenggarakan forum Kebudayaan nonton Film dan diskusi dengan mengusung tema "Merasionalitaskan Pencapaian dan Paradoks Demokrasi".
Turut hadir dalam acara tersebut Adhie Massardi (pengamat film), Dhandy Dwi Laksono (sutradara), Lexy Junior Rambadeta (sutradara).
Baca: Pemilu Berbiaya Murah Ala PDIP Dilirik Partai Konservatif Inggris
Dandhy yang merupakan sutradara film dokumenter "Yang Ketujuh" menilai pemilu lima tahun lalu (2014) merupakan peristiwa yang sangat bersejarah bagi demokrasi Indonesia.
"Karena tidak akan terulang 50 sampai 70 tahun ke depan, oleh karenanya, kami memutuskan untuk merekam peristiwa ini,” kata Dandhy, ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/2/2019).
"Jadi biarkan film ini ditonton dengan utuh dan mendownload secara gratis untuk didiskusikan tanpa memelintir isinya menjadi kampanye politik,” imbuhnya.
Dalam filmnya itu, diceritakan ada empat tokoh yang berlatar belakang berbeda sampai akhirnya bertemu di ajang pemilu legislatif dan pemilu presiden.
Mereka dipertemukan melalui kesamaan status sebagai voter atau pemilih.
Cerita keempat tokoh ini dibingkai oleh gambar perjalanan proses pemilu di Indonesia 2014, mulai dari kampanye partai menjelang pemilu legislatif, sampai hingar-bingar gelaran pemilu presiden yang akhirnya dimenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla
Selama menjalani profesi sebagai sutradara, Dhandy mengakui film-filmmya banyak yang dipelintir oleh para politisi.
Namun, Dandhy tidak merinci siapa orang yang pernah memelintir tersebut.
"Pesan saya karena saya sudah pengalaman film-film saya sering juga dikutip dipelintir oleh politisi untuk kampanye," ucapnya.
Lebih lanjut, Dhandy menuturkan tujuannya menggarap film "Yang Ketujuh" sebagai edukasi politik kepada masyarakat.
Sekaligus mengingatkan para janji para politisi atau kandidat capres pada pemilu 2014 lalu yang belum ditunaikan hingga saat ini.
Apalagi, pertarungan antar capres saat ini sama dengan pilpres 2014 lalu, antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
"(Film) ini edukasi poltiisi sebenarnya pada 2014 juga sekaligus kontrak politik untuk para capres atau siapapun yang jadi menonton lagi mereka melihat selama mereka sibuk berkampanye apa saja yang terjadi di lapangan dan apa harapan harapan orang," jelasnya.
Baca: Template Khusus bagi Pemilih Tunanetra, TPS Harus Landai
Selain itu, Dhandy mengakui tak ada tujuan politik dirinya membuat film tersebut. Ia mengatakan membuat film itu karena murni tugasnya sebagai pembuat film.
"Enggak ada. Kami kan memang sehari-hari kerjaan membuat dokumenter," pungkas Dhandy.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.