BKKBN Ajak Akademisi Bahas Kependudukan dan Keluarga Berencana di era Digital
Muhammad Rizal Martua Damanik menyebutkan sejumlah tantangan terkait kependudukan dan SDM Indonesia
Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar simposium nasional bersama para perwakilan perguruan tinggi guna membahas program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) di kantor pusat BKKBN, Jakarta, Selasa (26/02/2019).
Simposium bertajuk "Tantangan Program KKBPK pada Era Revolusi Industri 4.0” tersebut menggarisbawahi bagaimana membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, kuat dan tangguh di tengah perkembangan digital.
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Muhammad Rizal Martua Damanik menyebutkan sejumlah tantangan terkait kependudukan dan SDM Indonesia, di antaranya laju pertumbuhan penduduk, stunting, pernikahan dini, LGBT, hingga penanganan kelompok lanjut usia.
"Sekarang hampir seluruh warga negara Indonesia sudah ditanggung oleh asuransi kesehatan. Seandainya SDM kita rentan penyakit, bisa banyak gunakan jasa kesehatan dan fasilitas RS, sehingga menggunakan devisa yang selama ini dikumpulkan dari berbagai sektor. Oleh karena itu, bagaimana SDM Indonesia itu sehat, kuat dan tangguh," ujar Damanik.
Baca: BKKBN Akui Kekurangan Petugas Penyuluh Keluarga Berencana
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Utama BKKBN Nofrijal menyebutkan sejumlah narasumber yang memaparkan risetnya, termasuk Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, rektor Insitut Pertanian Bogor (IPB), rektor Universitas Brawijaya, rektor Universitas Sahid Jakarta, rektor Rektor Universitas Hasanuddin dan lainnya.
"Kita perlu libatkan riset untuk kembangkan inovasi. Di sini juga bahas hasil pemikiran perguruan tingfu dan hasil riset baik berkaitan keluarga berencana maupun medis terkait dengan perkembangan metode kontrasepsi, agro maritim, kontribusi sektor pertanian di bidang kependudukan, dan lainnya," jelasnya.
Nofrijal mengakui pemerintah dan tim lapangan BKKBN perlu pro-aktif untuk mengikuti perkembangan zaman guna mendorong program KKBPK.
"Kami upayakan ada keseimbangan pengetahuan orang tua dengan anak-anaknya khususnya remaja. Ada program Orang Tua Hebat atau pengasuhan orang tua, itu menyampaikan pesan anak-anak sudah berbeda di masa ini, pengawalan remaja kita dalam digitalisasi gimana mereka siap ketika masuk masa kerja. Kita memanfaatkan digitalisasi dalam sosialisasi tersebut," papar Nofrijal.
"BKKBN akan ikuti zaman apalagi temanya berkaitan gimana program KKBPK di era revolusi industri 4.0. Kita harus beradaptasi dengan perkembangan zaman," pungkasnya.
Sebelumnya, simposium Nasional ini dibuka oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pada Senin (25/2/2019) di Istana Wapres, Jakarta dan dihadiri oleh akademisi dari berbagai perguruan tinggi, para pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama BKKBN, Kepala Dinas OPD KKBPK Provinsi se-Indonesia, dan Widyaiswara dan Peneliti BKKBN.
Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya program KB untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
"Perubahan zaman, tetap membutuhkan Keluarga Berencana. Bukan kekhawatiran soal pangan, tapi justru terkait revolusi industri. Apa yang terjadi saya sampaikan. Akibat teknologi berkembang, maka industri berkembang tidak butuh lapangan pekerja tapi skill," ujar JK saat membuka Simposium Nasional BKKBN.
Menurutnya, KB dibutuhkan untuk menghasilkan SDM yang mempunyai keahlian dalam bekerja. "Program KB harus menjadi perhatian dan membawa manfaat yang baik bagi masyarakat," tukas dia.